http://padangulan.wordpress.com.
MENGUNGKAP JATI DIRI WONG BLAMBNGAN/ MAJAPAHIT KEDATON WETAN ( BANYUWANGI,JEMBER, BONDOWOSO, SITUBONDO,LUMAJANG.)
BLAMBANGAN MEMBARA.1)
Ditulis berdasar buku TRILOGi SEMENANJUNG,PUTU PRABA DRANA 2) dan berdasar sumber sumber lainnya )
Setelah Kompeni melumpuhkan pemberontakan Wong Agung Wilis dan membuangnya ke Banda ,kompeni semena mena menghapus kerajaan Blambangan. Dan membelah Blambangan menjadi dua Blambangan Barat meliputi Jember, Bondowoso , Situbondo, Lumajang dan Blambangan Timur ( Banyuwangi) dan mengangkat para Bupati dari luar Blambangan.Maka pemberontakan rakyat Blambanganpun tidak pernah surut .Kini muncul pemberontakan/perjoangan yang lebih besar sebagai kelanjutan perjoangan Wong Agung Wilis dibawah pimpinan P.Jagapati /Rempeg yang berpusat di Bayu. Pangeran Jagapati/Rempeg adalah kawan seprjoangan Wong Agung Wilis, dan keduanya memiliki darah Tawangalun . Seperti Wong Agung Wilis , P.Jagapati juga seorang pimpinan yang Kharismatis. Usaha Biesheuvel (Resident Blambangan) memadamkan pemberontakan ini melalui kekuatan Kompeni di Blambangan gagal total. Karena kemenangan kemenangan ini, pemberontakan P.Jagapati/Rempeg telah meluas keseluruh Blambangan ( Jember, Lumajang, Bondowoso dan Situbondo). Para Bupati dan pejabat yang diangkat oleh Belanda yaitu Sutanegara , Wangsengsari, Suretaruna , juga memihak pemberontakan ini karena tidak tahan melihat perlakuan Komandan Pasukan Kompeni3) terhadap rakyat Blambangan,selain merampas harta rakyat juga melakukan tindakan tak bermoral pada wanita Blambangan . Pada bulan Juni 1771 , ketiga tokoh tersebut ditangkap dan dibuang ke Sri Langka .Pembuangan tokoh ini malah memperluas dan memperbesar kekuatan pemberontak. Pasukan Kompeni frustasi dan 74 anggotanya melakukann disersi dan bersamaan dengan Colmond berhenti dari jabatannya. Sebuah bencana bagi pemerintahan Kompeni.
Oleh karena itu pada 22 September 1771 Gubernur Jendral dan Dewan Hindia Belanda di Jakarta memutuskan Perang Semesta dengan Blambangan . Kompeni bertekad melibas pemberontakan itu dengan melakukan serangan dari dua arah . Yaitu pengiriman pasukan melalui laut langsung ke Banyuwangi dan pengiriman pasukan lewat darat melalui Lumajang. Gelar pasukan melalui laut yang dipimpin oleh Leitnant Montro dan Innhoof . Dalam gelar pasukan ini juga terdapat Vasco de Keling pimpinan pasukan reguler Kompeni, Sangkil pimpinan pasukan Surabaya, Kapten Alap Alap ( orang Madura yang menjadi tentara Kompeni) pemimpin pasukan Madura .Gelar Pasukan dari laut mendapat perlawanan armada Blambangan dipimpin Harya Lindu Segara dan Ditya Jala Rante didukung armada Bugis dipimpin Rencang Warenghay (yang membantu lolosnya Wong Agung Wilis dari pembuangan di Banda/Seram ,ke Bali).
Armada laut Belanda yang modern dan terlatih menghancurkan armada Blambangan dan menewaskan Ditya Jala Rante , sedang Harya Lindu Segara mengundurkan diri armadanya , dan membangun kembali armada lautnya di Nusa Barong. Kekalahan armada laut di Selat Madura ,membuat armada Kompeni melaju menuju Banyuwangi, sekaligus menyisakan kekosongan pengamanan di Selat Madura.Peluang itu digunakan pimpinan armada Bugis Rencang Warenghay ,melakukan keonaran di pantai Pasuruan, Bangil dan Gersik, akibatnya perang di Blambangan menyebar ketakutan diseluruh pantai Jawa dan luar Jawa..
Gelar pasukan dari darat Kompeni dibawah pimpinan Kapten Kreygerg, Kapten Henrich, Letnan Fisher, Leuitnant DE Kornet Tinne ( Perwira muda lulusan Akademi Militer Perancis yang tersohor di dunia) dan Singa Manjuruh pimpinan tentara Mataram menyerbu dari dari Lumajang dan Panarukan4).
Pimpinan pasukan Blambangan Mandala Barat R.Mas Puger dan Sayu Wiwit mendahului menghancurkan Benteng Jember dan membunuh pimpinan benteng Steenberger, dan terus melaju menghancurkan pos penjagaan Kompeni sampai ke Lumajang.Pimpinan Blambangan lainnya yaitu Lebok Samirana memimpin pasukan ke Puger, Ayu Prabu menghadang di Panarukan. Tetapi karena pasukan Kompeni berlapis lapis akhirnya mampu mengalahkan pasukan Blambangan. R.Mas Puger terbunuh bersama ribuan tentara Blambangan ( Lumajang, Panarukan ( Situbondo) , SENTONG ( Bondowoso) Kedawung ( Jember)gugur ke bumi pertiwi.
Kematian R.Mas Puger5) , mendorong Pangeran Jagapati ( Rempeg) di Bayu mengirim pasukan sandi dipimpin Sradadi ( Kawan seperjoangan Baswi dalam perang Surabaya dan Jagalara )untuk membalas kematian tersebut dengan membunuh Biesheuvel resident Blambangan di Ulu Pampang .
Biesheuvel yang dirundung kegagalan merendam pembrontakan Blambangan selalu murung dan gelisah. Pada malam itu Biesheuvel tak sekejappun tertidur dan apabila tertidur kemudian menggeragap berteriak ketakutan (karena kawan kawan yang mati mengenaskan dalam perang Wong Agung Wilis muncul dalam mimpi). Lewat tengah malam dia memanggil pengawal untuk menemani ke beranda lojinya. Hanya sekejap di Loji, sebuah peluru mendesir di pelipisnya, dan sebuah panah menancap dikaki. Sradadi dan Jagalara dari pasukan sandi Blambangan telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Biesheuvel mengejang,tubuh membiru , dan mati mengenaskan. (Nopember 1771)6)
Hendrick Schophoff kemudian diangkat sebagai pimpinan Blambangan. Untuk dapat segera mengatasi pemberontakan Pangeran Jagapati /Rempeg segera ditetapkan:
Pertama: Pasukan kompeni di Mandala Timur harus mempertahankan posisi, dan Pasukan Kompeni di Mandala Barat harus mempercepat perjalanan menuju posisi tempur di Timur. Kedua :Bumi hangus persedian pangan dan desa wong Blambangan maka seketika itu , Jember,Lumajang, Situbondo, Bondowoso , Banyuwangi menjadi lautan api.
Dua setengah bulan Kompeni mngepung Blambangan namun tanda tanda berakhirnya perang belum juga nampak ,sesuatu yang memalukan Kompeni dan mengguncang Batavia .Maka tepat pada tgl 14 Desember 1771, Kompenipun menetapkan penyerbuan ke Benteng Bayu dimulai dan ,HARUS MERUPAKAN SERANGAN MEMATIKAN.
Pertempuran Gunung Raung.
Gelar pasukan dari Barat segera bergegas menuju ke timur,menemui Mayang, Kalisat, desa desa Blambangan sepi,demikian juga pasukan Kompeni yang menyerbu dari timur juga menemui Banyuwangi , tanah Perdikan Pakis , Srono dan kampung Blambangan sepi . Loji Kompeni sudah tidak terawat lagi. Tanda kehidupan hanya berupa berkibarnya kain hitam tanda berkabung atas wafatnya R.Mas Puger dimedan Barat, dan panglima laut , Ditya Jala Rante, diselat Madura. Pagi dini hari 14 Desember Pasukan Kompeni , dibawah pimpinan Kapten Kreygerg, Kapten Heinrich, Letnan Fisher , De Kornet Tinne telah mencapai Gunung Raung. Pimpinan pasukan Blambangan Ledok Samirana yang kalah di Puger membelot ke Kompeni . Di Raung tentara Blambangan dibawah pimpinan Baswi , Sayu Wiwit. Sradadi, Yestyani menghadang Kompeni.
Dari arah Kota Lateng dan Ulupampang ( Muncar) tentara Kompeni dibawah pimpinan Leitnan Inhoff, leitnan Montro, Vasco de Keling, Leitnan Schaar,Sangkil, Kapten Alap Alap,berhadapan dengan Singomanjuruh , Ayu Prabu, Gusti Tangkas ( pasukan Bali) dan Rempeg Jagapati.
Ketika matahari telah mencapai sepenggalah, medan Barat barat dan medan Timur dikejutkan melesatnya ratusan anak panah disertai bunyi tembakan dan dentuman meriam dari hutan raung. Pasukan Kompeni tidak siap. Roboh berjatuhan terkena terjangan mesiu , dan panah beracun.Mereka yg terkena anak panah mengejang kesakitan kemudian tubuhnya biru . Kompeni langsung membalas serbuan tersebut dengan tembakan gencar bedil dan Kanon, seakan membelah bumi Banyuwangi .Seketika serangan Blambangan berhenti dan sunyi. Maka dengan teriakan kemenangan pasukan Kompeni mengejar pasukan Blambangan menerobos masuk hutan……ternyata tidak ada satu mayatpun yang ditemukan dan membuat pimpinan Kompeni tidak mampu menahan malu dan marah..7)
Belum lepas marah dan malu…..tiba2 muncul serbuan tawon yang membuat tentara Kompeni kocar kacir Kompenipun masuk dalam jebakan…. lari kocar kacir tertusuk Songga (Bambu Runcing beracun,yang apabila terinjak menusuk dari dua arah) dan apabila terjatuh terkena Cula, (bambu runcing beracun 10m),keduanya mengakibatkan kematian yang menyakitkan, tubuh mengejang kemudian membiru ,membuat hutan Blambangan penuh teriakan kesakitan, sumpah serapah, dan jeritan yang mengerikan. Di medan timur , Sangkil terkena songga , dan Vasco de Keling, terjerembab kemudian terkena cula, kejang dan mati. Leitnant Montro terserempet panah bahunya dan leitnant Inhoof terkena panah dipelipis kirinya,( luka kecil yang dikira tidak membahayakan ternyata menyebabkan kematian). Inilah gelar perang Supit Urang yang dimodifikasi oleh Baswi, mantan Veteran Perang Surabaya, dan guru Wong Agung Wilis .
Leitnant Montro dan Inhooff tidak dapat lagi menahan marahnya , dan akibatnya tujuh orang pemandu jalan dipenggal kepalanya.Di medan Barat Kapten Kreigerg marah besar, dan menganggap Lebok Samirana sengaja menjebak Kompeni, kemudian menembak Lebok Samirana berkali kali sehingga darah muncrat dari seluruh tubuhnya
Kapten Kreigerg yang telah bertempur dari Lumajang membaca Strategy Blambangan dan melakukan jebakan. Dalam aturan manggala yudha Majapahit jika panglima perang sudah saling melihat maka menjadi kewajiban pimpinan perang langsung berhadapan dalam perang tanding satu lawan satu. Maka Kreigerg pun berusaha menampakan wajahnya, dengan teriakan perang dan matamya menyapu medan dan menatap mata pimpinan perang Blambangan Baswi. Maka seketika darah Ksatrya Blambangan mendidik, dan memacu kudanya menyerbu Kapten Kreigerg. Kapten Kreigerg jangankan maju , malah mendapat perlindungan ketat dari serdadu Kompeni dan Baswi menjadi makanan empuk peluru Belanda. Sekujur tubuhnya penuh luka tembak tetapi Baswi masih mampu mengibaskan pedang dan membunuh tentara kompeni . Ketika sebuah tembakan Kanon tepat mengenai Baswi, maka Baswi bersama kudanya terpental melayang kelangit.Dan hanya sebuah teriakan singkat : DIRGAHAYU BLAMBANGAN. Desak nafas terakhirnya membawa suara itu ke langit Biru.
Setelah pertempuran RAUNG, pasukan Blambangan ditarik mundur ke Bayu dan menggunakan sebagai hari berduka bagi Blambangan Gugurnya Baswi ,veteran Perang Surabaya, yang berhasil merebut meriam dan bedil dari Belanda ,juga guru Wong Agung Wilis , serta teladan Satya a Nagri, sungguh sebuah kehilangan besar. Lebih dari itu kematiannya sangat menyakitkan para ksatrya Blambangan. Tipu daya Kapten Kreygerg tidak akan pernah termaafkan. Disamping berduka karena gugurnya Baswi, pasukan Blambangan juga berbahagia menerima Singamanjuruh pimpinan pasukan Mataram yang membelot dari Kompeni. Untuk menebus gugurnya Baswi dan R,Mas Puger , perang besarpun harus dipersiapkan. Strategy Tempur Supit Urang perlu diganti, tetapi aturan perang Majapahit tidak boleh ditinggalkan.
Sementara Kapten Kreygerg dan Henrich setelah pertempuran itu meneruskan perjalanan menuju Bayu, mereka memilih jalan yang formal dengan penuh ke hati hatian. Didepan dipasang batang pisang yang ditarik kerbau , sehingga apabila ada Songga atau cula akan menembus kerbau atau batang pisang.Namun ketika pasukan terkena Songga atau cula, maka tak ayal lagi desa Blambangan disekitar tempat itu dibakar dan hancur leburkan. Dan pada tgl 18 pagi pasukan Kompeni Mandala Barat telah berada pada posisi .
Kabar bumi hangus Kompeni sampai ke Bayu. Dan dari Bayu hanya ada satu tekad, BELAPATI SETYA A NAGRI. Strategy tempur yang dipilih OMBAK SAMUDRO( Serangan dilakukan bergelombang dibawah pimpinan Tempur masing masing dalam koordinasi Komandan. Tidak seperti yang dilakukan Baswi, pimpinan pasukan turun langsung). Ombak Samudra adalah sebuah strategy yang membutuhkan tingkat keahlian tempur dan disiplin.
Tanggal 18 Desember 1771.
( Melebihi perang Untung Surapati …Gubernur Jawa Timur Robert van de Burg)
Pada tanggal 18 Desember 1771 telah terjadi perang yang sangat dahsyat baik di mandala barat maupun mandala timur. Scenario Kompeni menuntaskan perang tgl 18 Des gagal total. Walaupun Kompeni telah membakar persediaan pangan dan desa Blambangan, ternyata tidak setitikpun membuat wong Blambangan ngeri dan takut perang . Kali ini serangan dimulai oleh Kompeni dengan menembakkan meriam dan kanon, dan bergerak dengan cepat menuju Bayu, seakan akan tanpa perlawanan. Ketika tidak ada perlawanan sama sekali, pasukan Kompeni memburu maju, tanpa terduga muncul gelombang penyerbuan tiada berhenti . Seketika Leitnant Fisher tersungkur terkena tembakan, dan Kapten Kreygerd tertembus panah. Kapten Kreygerd seperti mereka yang terkena panah,mengalami penderitaan yang luar biasa, kemudian mati menebus kematian Baswi. Dari pasukan Blambangan Sayu Wiwit dan Sradadi dikabarkan gugur tetapi tidak diketahui zenajah.
Singomanjuruh menjadi Singojuruh.
Di Mandala Timur, pimpinan perang dari Blambangan, Singomanjuruh veteran perang Malang, pengawal Adipati Malang dan Blitar gugur. Pada tempat gugurnya dipersembahkan namanya, Singomanjuruh, tetapi kemudian kita mengenalnya SINGOJURUH.
Di Mandala tempur Timur Kompeni kehilanganb 700 orang pasukan dan dua Komandan Perang ( Sangkil dan Vasco Keling) meninggal mengenaskan, dan dua Komandan perang Kompeni lainnya Leitnant Monro dan Inhooff terluka kena panah beracun. Luka kecil itu tidak secepatnya dicegah sehingga racun warangan secara perlahan menyebar dalam tubuhnya, menjadikan darah menggumpal dan menyumbat aliran darah , dan mematikan syaraf menyebabkan rasa sakit luar biasa. Kedua orang itu mengerang kesakitan semalam suntuk,dengan tubuh secara perlahan membiru.Team kesehatanpun tidak mampu mengobati dan mati
Sedang leitnant Schaar dan kapten Alap Alap, terhindar dari kematian
Blambangan MAWAR BERBISA.
Pil pahit tgl 18 Desember 1771 mengingatkan ucapan veteran perang Wong Agung Wilis,bahwa Blambangan adalah MAWAR BERBISA ( negeri yang lebih indah dan subur serta sangat bernilai dibanding Mataram, tetapi menyebarkan maut setiap saat). Dalam perang WONG AGUNG WILIS yang besar itu, Kapten van Reiyks, Mayor Blanke, dan Mayor Coop de Groen, melayang nyawanya bersama ribuan pasukan gabungan.
Tgl 20 Desember 1771)SETYA A NAGRI.PUPUTAN BAYU. Perang brutal,sadis sepanjang sejarah KOMPENI. Dr.(Leiden University)Sri Margana dosen UGM
Pengalaman buruk itu pada tanggal 18 Desember , membuat Kompeni memperkuat serangan pagar betis, dan penyerbuan tanpa henti pada tanggal 19 Desember. Serangan brutal dan tanpa ampun. Prajurit Blambangan yang tertangkap digantung dipohon atau dibakar hidup hidup. Dalam serangan brutal ini De Kornet Tinne tertembak peluru , Leitnant Schaar terjebak cula kemudian tertebas pedang. Serangan ke Bayu semakin gencar dan perlawananpun tak kunjung reda.Kini tinggal Kapten Hinrich di Mandala Barat dan Kapten Alap Alap di Mandala Timur.
Kapten Alap Alap gagal mati sebagai Ksatrya Majapahit.
Kapten Alap Alap, sebagai orang Madura memahami benar aturan Manggala Majapahit.Dan ingin secepatnya meraih kemenangan.Maka kudanya melesat mendahului pasukan dan menantang P.Rempeg Jagapati. Sebagai ksatrya Blambangan , adalah keharusan untuk menghadapi tantangan, walaupun semua pimpinan perang Blambangan menghalangi karena diyakini sebagai jebakan Kompeni.Dengan mengenakan pakaian kebesaran Blambangan , P.Rempeg Jagapati menyongsong kedatangan Kapten Alap Alap. Sebuah perang tanding menggunakan pedang terjadi. P.Rempeg Jagapati berhasil melukai tubuh Kapten Alap Alap,dia oleng dan hampir jatuh tetapi bersamaan dengan itu,pasukan Kompeni menghujani tembakan ke P.Rempeg Jagapati . Tubuh Pangeran bersimbah darah, tetapi masih tetap bertahan di kudanya ,mengarahkan pandangan sinis ke Kapten Alap Alap, ternyata Kompeni tetap saja pecundang. Kapten Alap Alap emosinya membara, teriak hysteris menyesali perbuatan Kompeni, kudanya terkejut ( mBerjak ) dan melempar Kapten Alap Alap ke bumi dan mati naka gagal mati sebagai Ksatrya (Mati dipedang Lawan). Demikian juga P.Rempeg Jagapati gugur dalam laga Ksatrya. Bersamaan dengan itu , serbuan dalam jajar mandala Gelombang Samodra prajurit Blambangan tak terbendung menggempur karang pasukan Kompeni yang jumlahnya berkali kali lipat dengan persenjataan yang lebih modern. Tidak ada kata menyerah bagi Ksatrya Blambangan, yang ada hanya BELAPATI , SETYA A NAGRI.Inilah perang sampai titik darah penghabisan dan sampai semua prajurit gugur ( PUPUTAN BAYU)8)
Menjelang bang bang kulon, ketika matahari memerah disebelah barat,medan pertempuran telah selesai. Anak dan ibu lari masuk hutan Indrawana, dalam ketakutan dan isak tangis yang memilukan.
Bayu tiba tiba mendung , tiada suara, sunyi , sepi, suara anginpun tidak terdengar. Alampun Bayupun bersedih, menangis , hujan rintik rintik membasahi bumi Dengarlah suara alam ini ….dengan hati mu.
BELAPATI , SETYA A NAGRI.
DIRGAHAYU BLAMBANGAN. DIRGAHAYU BANYUWANGI TANAH TIGA NAGARI BLAMBANGAN ( BAYU, MACAN PUTIH,KOTA LATENG),
17 Agustus 1945.
Semangat membara Setya A Nagri wong Blambangan ternyata tidak pernah pupus. Seorang putra kelahiran lembah gunung Raung, LATIEF HENDRANINGRAT ,mengibarkan bendera merah putih bersama dua orang kawannya, didepan Bung Karno dan Bung Hatta . Dan Bung Karno dengan lantang membaca PROKLASI KEMERDEKAAN, dan pada hari itu telah berkibar sang saka Merah Putih di Banyuwangi.9)
CATATAN
1. Hasan Ali , Sekilas Perang Puputan Bayu , mengutip pendapat Lekkerkerker 1923.1056 diakui sebagai peperangan paling menegangkan , paling kejam “ De Dramatische vernietiging het Compagniesleger)
2.Hadiah DIKA BWI Dalam buku ini peranan P. Jagapat (Rempeg) kurang menonjol, meskipun sumber sejarah lainnya menunjukan peran P.Jagapati ( Rempeg) sangat menonjol . Malahan Pem Da dan DPRD telah mengajukan P.Jagapati sebagai Pahlawan Nasional. Belanda menyebut perang Pseudo Wilis.
3. Colmond , Komandan Pasukan Kompeni , veteran Perang Wong Agung Wilis
4. Hasan Ali, Sekilas Perang Puputan Bayu, Pemda Banyuwangi, menekankan pertempuran di Banyuwangi saja.
5.Berdasar sumber lainnya R.Mas Puger meninggal dalam serangan benteng Banyualit.
6. WALLACEA , ahli Flora dan Fauna yang membelah Indonesia dengan Garis Wallacea , mengungkapkan pohon Anchar ( beracun) Blambangan dijaga dua Iblis yang mematikan. Stanford Raffles . Hystory of Java.
7.DR (Lieden Univrsity)Sri Margana dosen UGM, mengakui kehebatan prajurit Blambangan dalam Strategy yang disesuaikan dengan penguasaan wilayah, dan digdaya( prajurit Blambangan kebal terhadap senjata, sehingga dijadikan ajang uji coba senjata-senjata baru yang dibuat Mataram, baik keris maupun tombak. Jika mampu membunuh orang Blambangan,maka senjata itu dianggap sakti dan layak dipakai perang oleh Mataram) Mereka berperang secara gerilya: menyerang mendadak kemudian bersembunyi, serta membuat perangkap dan jebakan di jalan-jalan dan di atas pohon. “Musuh sering diarahkan ke suatu tempat di mana perangkap-perangkap telah disiapkan,” ujarnya.
Mengingat orang orang ini sangat Digdaya ( sakti), dan pandai berperang dalam perkembangan lebih lanjut , dibentuklah Prajurit Blambangan di keraton Surakarta.Pada tahun 1755, ketika perjanjian Giyanti ditanda tangani , maka Prajurit Blambangan di bagi dua. Sebagian untuk Keraton Srakarta , sebagian Keraton Yogjakarta.
Negara Krtagama , mpu Prapanca , mengakaui Blambangan sebagai andalan Majapahit.
Thomas Stanford Raffles mengutip pernyataan Sultan Agung bahwa , masih ada dua kerajaan yang paling berbahaya belum terkalahkan yaitu Sumedang dan Blambangan.
Cortesao,dikutip Herusantosa (1987:13),merujuk Tome Pires, menyebut “rakyat Blambangan sebagai rakyat yang mempunyai sifat “warlike”, suka berperang dan selalu siap tempur, selalu ingin dan berusaha membebaskan wilayahnya dari kekuasaan pihak lain”.
Scholte (1927:146) menyatakan: “…. rakyat Blambangan tidak pernah sama sekali padam, dan keturunannya yang ada sekarang merupakan suku bangsa yang gagah fisiknya dan kepribadian serta berkembang dengan pesat, berpegang teguh pada adat-istiadat, tetapi juga mudah menerima peradaban baru”.
Prabu Tawangalun , raja Kerajaan Blambangan , juga menetapkan persyaratan kepemimpinan yang sangat ketat dalam memilih pimpinan Blambangan . Syarat syarat yang ditetapkan oleh Prabu Tawangalun adalah.KALOKA (Memiliki Visi), PRAWIRA . WIBAWA. BAHASA( menguasai bahasa perdagangan).
Pasukan ini dibubarkan pada zaman Pakubuwono ke III. Tetapi dihidupkan kembali pada Pakubuwono ke 4. (1788 sd 1820). Dibawah wewenang Mangkubumi II, dan diberi tanah pardikan
8. Hasnan Singodimayan, Cliping kumpulan tulisan ,” Tetapi saya dengan suatu persyaratan ,jika pada judul pertamanya “Perang Bayu” ,saya tambah dengan prang “ Puputan Bayu”,sebab saya mengagumi nilai kejuanganya yang heroik.
9. Berdasar kesaksian Laksamana Madya Gatot Suwardi( 80 tahun), putra Blambangan. Saat bercerita pada penulis pada Oktober 2011.
Setelah Kompeni melumpuhkan pemberontakan Wong Agung Wilis dan membuangnya ke Banda ,kompeni semena mena menghapus kerajaan Blambangan. Dan membelah Blambangan menjadi dua Blambangan Barat meliputi Jember, Bondowoso , Situbondo, Lumajang dan Blambangan Timur ( Banyuwangi) dan mengangkat para Bupati dari luar Blambangan.Maka pemberontakan rakyat Blambanganpun tidak pernah surut .Kini muncul pemberontakan/perjoangan yang lebih besar sebagai kelanjutan perjoangan Wong Agung Wilis dibawah pimpinan P.Jagapati /Rempeg yang berpusat di Bayu. Pangeran Jagapati/Rempeg adalah kawan seprjoangan Wong Agung Wilis, dan keduanya memiliki darah Tawangalun . Seperti Wong Agung Wilis , P.Jagapati juga seorang pimpinan yang Kharismatis. Usaha Biesheuvel (Resident Blambangan) memadamkan pemberontakan ini melalui kekuatan Kompeni di Blambangan gagal total. Karena kemenangan kemenangan ini, pemberontakan P.Jagapati/Rempeg telah meluas keseluruh Blambangan ( Jember, Lumajang, Bondowoso dan Situbondo). Para Bupati dan pejabat yang diangkat oleh Belanda yaitu Sutanegara , Wangsengsari, Suretaruna , juga memihak pemberontakan ini karena tidak tahan melihat perlakuan Komandan Pasukan Kompeni3) terhadap rakyat Blambangan,selain merampas harta rakyat juga melakukan tindakan tak bermoral pada wanita Blambangan . Pada bulan Juni 1771 , ketiga tokoh tersebut ditangkap dan dibuang ke Sri Langka .Pembuangan tokoh ini malah memperluas dan memperbesar kekuatan pemberontak. Pasukan Kompeni frustasi dan 74 anggotanya melakukann disersi dan bersamaan dengan Colmond berhenti dari jabatannya. Sebuah bencana bagi pemerintahan Kompeni.
Oleh karena itu pada 22 September 1771 Gubernur Jendral dan Dewan Hindia Belanda di Jakarta memutuskan Perang Semesta dengan Blambangan . Kompeni bertekad melibas pemberontakan itu dengan melakukan serangan dari dua arah . Yaitu pengiriman pasukan melalui laut langsung ke Banyuwangi dan pengiriman pasukan lewat darat melalui Lumajang. Gelar pasukan melalui laut yang dipimpin oleh Leitnant Montro dan Innhoof . Dalam gelar pasukan ini juga terdapat Vasco de Keling pimpinan pasukan reguler Kompeni, Sangkil pimpinan pasukan Surabaya, Kapten Alap Alap ( orang Madura yang menjadi tentara Kompeni) pemimpin pasukan Madura .Gelar Pasukan dari laut mendapat perlawanan armada Blambangan dipimpin Harya Lindu Segara dan Ditya Jala Rante didukung armada Bugis dipimpin Rencang Warenghay (yang membantu lolosnya Wong Agung Wilis dari pembuangan di Banda/Seram ,ke Bali).
Armada laut Belanda yang modern dan terlatih menghancurkan armada Blambangan dan menewaskan Ditya Jala Rante , sedang Harya Lindu Segara mengundurkan diri armadanya , dan membangun kembali armada lautnya di Nusa Barong. Kekalahan armada laut di Selat Madura ,membuat armada Kompeni melaju menuju Banyuwangi, sekaligus menyisakan kekosongan pengamanan di Selat Madura.Peluang itu digunakan pimpinan armada Bugis Rencang Warenghay ,melakukan keonaran di pantai Pasuruan, Bangil dan Gersik, akibatnya perang di Blambangan menyebar ketakutan diseluruh pantai Jawa dan luar Jawa..
Gelar pasukan dari darat Kompeni dibawah pimpinan Kapten Kreygerg, Kapten Henrich, Letnan Fisher, Leuitnant DE Kornet Tinne ( Perwira muda lulusan Akademi Militer Perancis yang tersohor di dunia) dan Singa Manjuruh pimpinan tentara Mataram menyerbu dari dari Lumajang dan Panarukan4).
Pimpinan pasukan Blambangan Mandala Barat R.Mas Puger dan Sayu Wiwit mendahului menghancurkan Benteng Jember dan membunuh pimpinan benteng Steenberger, dan terus melaju menghancurkan pos penjagaan Kompeni sampai ke Lumajang.Pimpinan Blambangan lainnya yaitu Lebok Samirana memimpin pasukan ke Puger, Ayu Prabu menghadang di Panarukan. Tetapi karena pasukan Kompeni berlapis lapis akhirnya mampu mengalahkan pasukan Blambangan. R.Mas Puger terbunuh bersama ribuan tentara Blambangan ( Lumajang, Panarukan ( Situbondo) , SENTONG ( Bondowoso) Kedawung ( Jember)gugur ke bumi pertiwi.
Kematian R.Mas Puger5) , mendorong Pangeran Jagapati ( Rempeg) di Bayu mengirim pasukan sandi dipimpin Sradadi ( Kawan seperjoangan Baswi dalam perang Surabaya dan Jagalara )untuk membalas kematian tersebut dengan membunuh Biesheuvel resident Blambangan di Ulu Pampang .
Biesheuvel yang dirundung kegagalan merendam pembrontakan Blambangan selalu murung dan gelisah. Pada malam itu Biesheuvel tak sekejappun tertidur dan apabila tertidur kemudian menggeragap berteriak ketakutan (karena kawan kawan yang mati mengenaskan dalam perang Wong Agung Wilis muncul dalam mimpi). Lewat tengah malam dia memanggil pengawal untuk menemani ke beranda lojinya. Hanya sekejap di Loji, sebuah peluru mendesir di pelipisnya, dan sebuah panah menancap dikaki. Sradadi dan Jagalara dari pasukan sandi Blambangan telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Biesheuvel mengejang,tubuh membiru , dan mati mengenaskan. (Nopember 1771)6)
Hendrick Schophoff kemudian diangkat sebagai pimpinan Blambangan. Untuk dapat segera mengatasi pemberontakan Pangeran Jagapati /Rempeg segera ditetapkan:
Pertama: Pasukan kompeni di Mandala Timur harus mempertahankan posisi, dan Pasukan Kompeni di Mandala Barat harus mempercepat perjalanan menuju posisi tempur di Timur. Kedua :Bumi hangus persedian pangan dan desa wong Blambangan maka seketika itu , Jember,Lumajang, Situbondo, Bondowoso , Banyuwangi menjadi lautan api.
Dua setengah bulan Kompeni mngepung Blambangan namun tanda tanda berakhirnya perang belum juga nampak ,sesuatu yang memalukan Kompeni dan mengguncang Batavia .Maka tepat pada tgl 14 Desember 1771, Kompenipun menetapkan penyerbuan ke Benteng Bayu dimulai dan ,HARUS MERUPAKAN SERANGAN MEMATIKAN.
Pertempuran Gunung Raung.
Gelar pasukan dari Barat segera bergegas menuju ke timur,menemui Mayang, Kalisat, desa desa Blambangan sepi,demikian juga pasukan Kompeni yang menyerbu dari timur juga menemui Banyuwangi , tanah Perdikan Pakis , Srono dan kampung Blambangan sepi . Loji Kompeni sudah tidak terawat lagi. Tanda kehidupan hanya berupa berkibarnya kain hitam tanda berkabung atas wafatnya R.Mas Puger dimedan Barat, dan panglima laut , Ditya Jala Rante, diselat Madura. Pagi dini hari 14 Desember Pasukan Kompeni , dibawah pimpinan Kapten Kreygerg, Kapten Heinrich, Letnan Fisher , De Kornet Tinne telah mencapai Gunung Raung. Pimpinan pasukan Blambangan Ledok Samirana yang kalah di Puger membelot ke Kompeni . Di Raung tentara Blambangan dibawah pimpinan Baswi , Sayu Wiwit. Sradadi, Yestyani menghadang Kompeni.
Dari arah Kota Lateng dan Ulupampang ( Muncar) tentara Kompeni dibawah pimpinan Leitnan Inhoff, leitnan Montro, Vasco de Keling, Leitnan Schaar,Sangkil, Kapten Alap Alap,berhadapan dengan Singomanjuruh , Ayu Prabu, Gusti Tangkas ( pasukan Bali) dan Rempeg Jagapati.
Ketika matahari telah mencapai sepenggalah, medan Barat barat dan medan Timur dikejutkan melesatnya ratusan anak panah disertai bunyi tembakan dan dentuman meriam dari hutan raung. Pasukan Kompeni tidak siap. Roboh berjatuhan terkena terjangan mesiu , dan panah beracun.Mereka yg terkena anak panah mengejang kesakitan kemudian tubuhnya biru . Kompeni langsung membalas serbuan tersebut dengan tembakan gencar bedil dan Kanon, seakan membelah bumi Banyuwangi .Seketika serangan Blambangan berhenti dan sunyi. Maka dengan teriakan kemenangan pasukan Kompeni mengejar pasukan Blambangan menerobos masuk hutan……ternyata tidak ada satu mayatpun yang ditemukan dan membuat pimpinan Kompeni tidak mampu menahan malu dan marah..7)
Belum lepas marah dan malu…..tiba2 muncul serbuan tawon yang membuat tentara Kompeni kocar kacir Kompenipun masuk dalam jebakan…. lari kocar kacir tertusuk Songga (Bambu Runcing beracun,yang apabila terinjak menusuk dari dua arah) dan apabila terjatuh terkena Cula, (bambu runcing beracun 10m),keduanya mengakibatkan kematian yang menyakitkan, tubuh mengejang kemudian membiru ,membuat hutan Blambangan penuh teriakan kesakitan, sumpah serapah, dan jeritan yang mengerikan. Di medan timur , Sangkil terkena songga , dan Vasco de Keling, terjerembab kemudian terkena cula, kejang dan mati. Leitnant Montro terserempet panah bahunya dan leitnant Inhoof terkena panah dipelipis kirinya,( luka kecil yang dikira tidak membahayakan ternyata menyebabkan kematian). Inilah gelar perang Supit Urang yang dimodifikasi oleh Baswi, mantan Veteran Perang Surabaya, dan guru Wong Agung Wilis .
Leitnant Montro dan Inhooff tidak dapat lagi menahan marahnya , dan akibatnya tujuh orang pemandu jalan dipenggal kepalanya.Di medan Barat Kapten Kreigerg marah besar, dan menganggap Lebok Samirana sengaja menjebak Kompeni, kemudian menembak Lebok Samirana berkali kali sehingga darah muncrat dari seluruh tubuhnya
Kapten Kreigerg yang telah bertempur dari Lumajang membaca Strategy Blambangan dan melakukan jebakan. Dalam aturan manggala yudha Majapahit jika panglima perang sudah saling melihat maka menjadi kewajiban pimpinan perang langsung berhadapan dalam perang tanding satu lawan satu. Maka Kreigerg pun berusaha menampakan wajahnya, dengan teriakan perang dan matamya menyapu medan dan menatap mata pimpinan perang Blambangan Baswi. Maka seketika darah Ksatrya Blambangan mendidik, dan memacu kudanya menyerbu Kapten Kreigerg. Kapten Kreigerg jangankan maju , malah mendapat perlindungan ketat dari serdadu Kompeni dan Baswi menjadi makanan empuk peluru Belanda. Sekujur tubuhnya penuh luka tembak tetapi Baswi masih mampu mengibaskan pedang dan membunuh tentara kompeni . Ketika sebuah tembakan Kanon tepat mengenai Baswi, maka Baswi bersama kudanya terpental melayang kelangit.Dan hanya sebuah teriakan singkat : DIRGAHAYU BLAMBANGAN. Desak nafas terakhirnya membawa suara itu ke langit Biru.
Setelah pertempuran RAUNG, pasukan Blambangan ditarik mundur ke Bayu dan menggunakan sebagai hari berduka bagi Blambangan Gugurnya Baswi ,veteran Perang Surabaya, yang berhasil merebut meriam dan bedil dari Belanda ,juga guru Wong Agung Wilis , serta teladan Satya a Nagri, sungguh sebuah kehilangan besar. Lebih dari itu kematiannya sangat menyakitkan para ksatrya Blambangan. Tipu daya Kapten Kreygerg tidak akan pernah termaafkan. Disamping berduka karena gugurnya Baswi, pasukan Blambangan juga berbahagia menerima Singamanjuruh pimpinan pasukan Mataram yang membelot dari Kompeni. Untuk menebus gugurnya Baswi dan R,Mas Puger , perang besarpun harus dipersiapkan. Strategy Tempur Supit Urang perlu diganti, tetapi aturan perang Majapahit tidak boleh ditinggalkan.
Sementara Kapten Kreygerg dan Henrich setelah pertempuran itu meneruskan perjalanan menuju Bayu, mereka memilih jalan yang formal dengan penuh ke hati hatian. Didepan dipasang batang pisang yang ditarik kerbau , sehingga apabila ada Songga atau cula akan menembus kerbau atau batang pisang.Namun ketika pasukan terkena Songga atau cula, maka tak ayal lagi desa Blambangan disekitar tempat itu dibakar dan hancur leburkan. Dan pada tgl 18 pagi pasukan Kompeni Mandala Barat telah berada pada posisi .
Kabar bumi hangus Kompeni sampai ke Bayu. Dan dari Bayu hanya ada satu tekad, BELAPATI SETYA A NAGRI. Strategy tempur yang dipilih OMBAK SAMUDRO( Serangan dilakukan bergelombang dibawah pimpinan Tempur masing masing dalam koordinasi Komandan. Tidak seperti yang dilakukan Baswi, pimpinan pasukan turun langsung). Ombak Samudra adalah sebuah strategy yang membutuhkan tingkat keahlian tempur dan disiplin.
Tanggal 18 Desember 1771.
( Melebihi perang Untung Surapati …Gubernur Jawa Timur Robert van de Burg)
Pada tanggal 18 Desember 1771 telah terjadi perang yang sangat dahsyat baik di mandala barat maupun mandala timur. Scenario Kompeni menuntaskan perang tgl 18 Des gagal total. Walaupun Kompeni telah membakar persediaan pangan dan desa Blambangan, ternyata tidak setitikpun membuat wong Blambangan ngeri dan takut perang . Kali ini serangan dimulai oleh Kompeni dengan menembakkan meriam dan kanon, dan bergerak dengan cepat menuju Bayu, seakan akan tanpa perlawanan. Ketika tidak ada perlawanan sama sekali, pasukan Kompeni memburu maju, tanpa terduga muncul gelombang penyerbuan tiada berhenti . Seketika Leitnant Fisher tersungkur terkena tembakan, dan Kapten Kreygerd tertembus panah. Kapten Kreygerd seperti mereka yang terkena panah,mengalami penderitaan yang luar biasa, kemudian mati menebus kematian Baswi. Dari pasukan Blambangan Sayu Wiwit dan Sradadi dikabarkan gugur tetapi tidak diketahui zenajah.
Singomanjuruh menjadi Singojuruh.
Di Mandala Timur, pimpinan perang dari Blambangan, Singomanjuruh veteran perang Malang, pengawal Adipati Malang dan Blitar gugur. Pada tempat gugurnya dipersembahkan namanya, Singomanjuruh, tetapi kemudian kita mengenalnya SINGOJURUH.
Di Mandala tempur Timur Kompeni kehilanganb 700 orang pasukan dan dua Komandan Perang ( Sangkil dan Vasco Keling) meninggal mengenaskan, dan dua Komandan perang Kompeni lainnya Leitnant Monro dan Inhooff terluka kena panah beracun. Luka kecil itu tidak secepatnya dicegah sehingga racun warangan secara perlahan menyebar dalam tubuhnya, menjadikan darah menggumpal dan menyumbat aliran darah , dan mematikan syaraf menyebabkan rasa sakit luar biasa. Kedua orang itu mengerang kesakitan semalam suntuk,dengan tubuh secara perlahan membiru.Team kesehatanpun tidak mampu mengobati dan mati
Sedang leitnant Schaar dan kapten Alap Alap, terhindar dari kematian
Blambangan MAWAR BERBISA.
Pil pahit tgl 18 Desember 1771 mengingatkan ucapan veteran perang Wong Agung Wilis,bahwa Blambangan adalah MAWAR BERBISA ( negeri yang lebih indah dan subur serta sangat bernilai dibanding Mataram, tetapi menyebarkan maut setiap saat). Dalam perang WONG AGUNG WILIS yang besar itu, Kapten van Reiyks, Mayor Blanke, dan Mayor Coop de Groen, melayang nyawanya bersama ribuan pasukan gabungan.
Tgl 20 Desember 1771)SETYA A NAGRI.PUPUTAN BAYU. Perang brutal,sadis sepanjang sejarah KOMPENI. Dr.(Leiden University)Sri Margana dosen UGM
Pengalaman buruk itu pada tanggal 18 Desember , membuat Kompeni memperkuat serangan pagar betis, dan penyerbuan tanpa henti pada tanggal 19 Desember. Serangan brutal dan tanpa ampun. Prajurit Blambangan yang tertangkap digantung dipohon atau dibakar hidup hidup. Dalam serangan brutal ini De Kornet Tinne tertembak peluru , Leitnant Schaar terjebak cula kemudian tertebas pedang. Serangan ke Bayu semakin gencar dan perlawananpun tak kunjung reda.Kini tinggal Kapten Hinrich di Mandala Barat dan Kapten Alap Alap di Mandala Timur.
Kapten Alap Alap gagal mati sebagai Ksatrya Majapahit.
Kapten Alap Alap, sebagai orang Madura memahami benar aturan Manggala Majapahit.Dan ingin secepatnya meraih kemenangan.Maka kudanya melesat mendahului pasukan dan menantang P.Rempeg Jagapati. Sebagai ksatrya Blambangan , adalah keharusan untuk menghadapi tantangan, walaupun semua pimpinan perang Blambangan menghalangi karena diyakini sebagai jebakan Kompeni.Dengan mengenakan pakaian kebesaran Blambangan , P.Rempeg Jagapati menyongsong kedatangan Kapten Alap Alap. Sebuah perang tanding menggunakan pedang terjadi. P.Rempeg Jagapati berhasil melukai tubuh Kapten Alap Alap,dia oleng dan hampir jatuh tetapi bersamaan dengan itu,pasukan Kompeni menghujani tembakan ke P.Rempeg Jagapati . Tubuh Pangeran bersimbah darah, tetapi masih tetap bertahan di kudanya ,mengarahkan pandangan sinis ke Kapten Alap Alap, ternyata Kompeni tetap saja pecundang. Kapten Alap Alap emosinya membara, teriak hysteris menyesali perbuatan Kompeni, kudanya terkejut ( mBerjak ) dan melempar Kapten Alap Alap ke bumi dan mati naka gagal mati sebagai Ksatrya (Mati dipedang Lawan). Demikian juga P.Rempeg Jagapati gugur dalam laga Ksatrya. Bersamaan dengan itu , serbuan dalam jajar mandala Gelombang Samodra prajurit Blambangan tak terbendung menggempur karang pasukan Kompeni yang jumlahnya berkali kali lipat dengan persenjataan yang lebih modern. Tidak ada kata menyerah bagi Ksatrya Blambangan, yang ada hanya BELAPATI , SETYA A NAGRI.Inilah perang sampai titik darah penghabisan dan sampai semua prajurit gugur ( PUPUTAN BAYU)8)
Menjelang bang bang kulon, ketika matahari memerah disebelah barat,medan pertempuran telah selesai. Anak dan ibu lari masuk hutan Indrawana, dalam ketakutan dan isak tangis yang memilukan.
Bayu tiba tiba mendung , tiada suara, sunyi , sepi, suara anginpun tidak terdengar. Alampun Bayupun bersedih, menangis , hujan rintik rintik membasahi bumi Dengarlah suara alam ini ….dengan hati mu.
BELAPATI , SETYA A NAGRI.
DIRGAHAYU BLAMBANGAN. DIRGAHAYU BANYUWANGI TANAH TIGA NAGARI BLAMBANGAN ( BAYU, MACAN PUTIH,KOTA LATENG),
17 Agustus 1945.
Semangat membara Setya A Nagri wong Blambangan ternyata tidak pernah pupus. Seorang putra kelahiran lembah gunung Raung, LATIEF HENDRANINGRAT ,mengibarkan bendera merah putih bersama dua orang kawannya, didepan Bung Karno dan Bung Hatta . Dan Bung Karno dengan lantang membaca PROKLASI KEMERDEKAAN, dan pada hari itu telah berkibar sang saka Merah Putih di Banyuwangi.9)
CATATAN
1. Hasan Ali , Sekilas Perang Puputan Bayu , mengutip pendapat Lekkerkerker 1923.1056 diakui sebagai peperangan paling menegangkan , paling kejam “ De Dramatische vernietiging het Compagniesleger)
2.Hadiah DIKA BWI Dalam buku ini peranan P. Jagapat (Rempeg) kurang menonjol, meskipun sumber sejarah lainnya menunjukan peran P.Jagapati ( Rempeg) sangat menonjol . Malahan Pem Da dan DPRD telah mengajukan P.Jagapati sebagai Pahlawan Nasional. Belanda menyebut perang Pseudo Wilis.
3. Colmond , Komandan Pasukan Kompeni , veteran Perang Wong Agung Wilis
4. Hasan Ali, Sekilas Perang Puputan Bayu, Pemda Banyuwangi, menekankan pertempuran di Banyuwangi saja.
5.Berdasar sumber lainnya R.Mas Puger meninggal dalam serangan benteng Banyualit.
6. WALLACEA , ahli Flora dan Fauna yang membelah Indonesia dengan Garis Wallacea , mengungkapkan pohon Anchar ( beracun) Blambangan dijaga dua Iblis yang mematikan. Stanford Raffles . Hystory of Java.
7.DR (Lieden Univrsity)Sri Margana dosen UGM, mengakui kehebatan prajurit Blambangan dalam Strategy yang disesuaikan dengan penguasaan wilayah, dan digdaya( prajurit Blambangan kebal terhadap senjata, sehingga dijadikan ajang uji coba senjata-senjata baru yang dibuat Mataram, baik keris maupun tombak. Jika mampu membunuh orang Blambangan,maka senjata itu dianggap sakti dan layak dipakai perang oleh Mataram) Mereka berperang secara gerilya: menyerang mendadak kemudian bersembunyi, serta membuat perangkap dan jebakan di jalan-jalan dan di atas pohon. “Musuh sering diarahkan ke suatu tempat di mana perangkap-perangkap telah disiapkan,” ujarnya.
Mengingat orang orang ini sangat Digdaya ( sakti), dan pandai berperang dalam perkembangan lebih lanjut , dibentuklah Prajurit Blambangan di keraton Surakarta.Pada tahun 1755, ketika perjanjian Giyanti ditanda tangani , maka Prajurit Blambangan di bagi dua. Sebagian untuk Keraton Srakarta , sebagian Keraton Yogjakarta.
Negara Krtagama , mpu Prapanca , mengakaui Blambangan sebagai andalan Majapahit.
Thomas Stanford Raffles mengutip pernyataan Sultan Agung bahwa , masih ada dua kerajaan yang paling berbahaya belum terkalahkan yaitu Sumedang dan Blambangan.
Cortesao,dikutip Herusantosa (1987:13),merujuk Tome Pires, menyebut “rakyat Blambangan sebagai rakyat yang mempunyai sifat “warlike”, suka berperang dan selalu siap tempur, selalu ingin dan berusaha membebaskan wilayahnya dari kekuasaan pihak lain”.
Scholte (1927:146) menyatakan: “…. rakyat Blambangan tidak pernah sama sekali padam, dan keturunannya yang ada sekarang merupakan suku bangsa yang gagah fisiknya dan kepribadian serta berkembang dengan pesat, berpegang teguh pada adat-istiadat, tetapi juga mudah menerima peradaban baru”.
Prabu Tawangalun , raja Kerajaan Blambangan , juga menetapkan persyaratan kepemimpinan yang sangat ketat dalam memilih pimpinan Blambangan . Syarat syarat yang ditetapkan oleh Prabu Tawangalun adalah.KALOKA (Memiliki Visi), PRAWIRA . WIBAWA. BAHASA( menguasai bahasa perdagangan).
Pasukan ini dibubarkan pada zaman Pakubuwono ke III. Tetapi dihidupkan kembali pada Pakubuwono ke 4. (1788 sd 1820). Dibawah wewenang Mangkubumi II, dan diberi tanah pardikan
8. Hasnan Singodimayan, Cliping kumpulan tulisan ,” Tetapi saya dengan suatu persyaratan ,jika pada judul pertamanya “Perang Bayu” ,saya tambah dengan prang “ Puputan Bayu”,sebab saya mengagumi nilai kejuanganya yang heroik.
9. Berdasar kesaksian Laksamana Madya Gatot Suwardi( 80 tahun), putra Blambangan. Saat bercerita pada penulis pada Oktober 2011.
R.MAS SEPUH, PUTRA BLAMBANGAN, SALAH SATU WALI PITU BALI
R.MAS SEPUH, PUTRA BLAMBANGAN, SALAH SATU WALI PITU BALI.
Wali Pitu
Dalam khasanah penyebaran dan pengembangan Islam di Jawa kita mengenal peranan besar Wali Songo, demikian pula di Bali ternyata penyebaran dan pengembangan Islam di p.Bali dikenal juga peranan besar Wali Pitu.
Masjid di Bali (VIVAnews/Boby Andalan)
Yang dimaksud Wali Pitu adalah;
1. R.Mas Sepuh
2. Habib Umar Maulana Yusuf
3. Habib Ali bin Abu Bakar Umar bin Abu Bakar Al Khamid
4. Habib Ali bin Zaenal Abidin Al Idrus
5. Syech Maulana Yusuf Al Magribi
6. Habib Ali bin Umar Bafaqih
7. Syech Abdul Qodir Muhammad
Raden Mas Sepuh seperti diungkapkan cerita tutur adalah seorang bangsawan Blambangan yang lahir dari perkawinan antara Raja Blambangan dan putri Bali/Mengwi. Beliau adalah bangsawan Blambangan yang beragama Islam ketika Blambangan masih sebagai kerajaan Hindu.Kedatangan beliau ke Mengwi, dalam rangka silaturahmi, menguatkan tali persaudaraan antara keluarga ibunya dan ayahnya.Pada saat kedatangannya ke kerajaan Mengwi , sempat membuat kagum orang Bali, karena beliau bersama pengiringnya berjalan diatas laut. Tetapi rupanya kedatangan beliau disalah tafsirkan ,sehingga timbullah perang tanding antara pengikut beliau dengan prajurit Mengwi/masyarakat Bali. Untuk menghindari pertumpahan darah dan mengakhiri pertempuran itu R.Mas Sepuh, mengeluarkan keris pusakanya dan mengangkat keatas. Ternyata keris pusaka tersebut memancarkan sinar, sehingga menyilaukan prajurit Bali. Melihat kehebatan sinar keris beliau, maka perang tandingpun berhenti. Dan akhirnya kedatangan beliau diterima dengan baik beliau diperkenankan tinggal di Mengwi dan menjalankan agama Islam dengan baik ditempat tersebut sampai saat wafat.Beliau dimakamkan di Seseh, Tabanan, suatu tempat pada zaman itu masih daerah kerajaan Mengwi Makam beliau saat menjadi ziarah kaum muslim baik dari Bali maupun dari Luar Bali (Jawa, Lombok , dan Sulawesi) tetapi juga menjadi ziarah ummat Hindu. Karena kharomah beliau dalam pengembangan dan penyebaran agama Islam di Bali maka masyarakat bali menobatkan beliau sebagai salah seorang Wali diantara para Wali Pitu Bali.
Meninggal tanpa Kepala.
Keberadaan R.Mas Sepuh,sebagai bagian Wali Pitu dan Orang Suci Hindu menjadi tanda yang monumental hubungan antara Blambangan dengan Bali , dan hubungan damai antara Islam dan Hindu. Hubungan Blambangan dan Bali terikat erat sejak zaman Prabu Hayam Wuruk. Tetapi setelah Hayam Wuruk meninggal terjadilah perang Paregreg. Dalam perang itu Blambangan kalah, sebagian besar bangsawan Blambangan melarikan diri ke Bali, seperti ditulis oleh Stanford Raffles bahwa ketika Menak Dadali Pati (Nama lain Bhree Pangembangan dari Balambangan) itu berhasil dikalahkan dan dibunuh, keluarga kerajaan Blambangan melarikan diri ke kediaman pemimpin Bali Klongkong .
Diperkirakan keluarga inilah yang kemudian membangun Kerajaan Mengwi. Seperti diketahui Mengwi didirikan pada tahun (1627 ) . Dan Mengwi berkembang pesat setelah pelarian kedua orang Blambangan bertambah banyak, yaitu ketika Sultan Agung menggempur Blambangan pada tahun 1634/1635 dengan 30.000 pasukan, dan mengangkut 5000 prajurit Blambangan ke Mataram . Ternyata serangan ini tidak membuat Blambangan hancur, karena itulah Sultan menulis peringatan kepada para penggantinya bahwa masih terdapat dua Nagari di Jawa yang tidak dapat ditundukkan yaitu Sumedang (Parahyangan) dan Blambangan . Karena itulah Mataram,menyerang kembali Blambangan pada tahun 1647, dibawah pimpinan Tumenggung Wiraguna. Serangan ini gagal total dan Tumenggung Wiraguna terbunuh dalam pertempuran itu.
Pada awal tahun 1600, Blambangan memindahkan ibukotanya dari Kedawung (sekitar Puger) ke Bayu kemudian ke Macan putih. Selain menghindari serangan Mataram pemindahan itu juga didasarkan atas pertimbangan berubahnya jalur perdagangan ke Samudra Hindia. Ulupampang/Muncar pelabuhan Blambangan di jalur samudra Hindia telah berkembang amat pesat dan telah menjadi pelabuhan International. Kapal dagang dari seluruh Nagari di Nusantara, Jawa, Bali, Bugis, Bengkolen /Sumatra mendarat di pelabuhan ini, dan malahan juga China dan terutama Inggris . Karena jarak Blambangan dan Mengwi sangat dekat , hanya terpisah selat Bali, maka hubungan antara Blambangan dan Mengwi menyatu kembali dan terjadilah perkawinan antara keluarga dinasty Tawangalun (1635 sd 1690) dan Mengwi. Hubungan baik inilah berdampak pada keamanan selat Bali dan menjadi jalur perdagangan yang amat ramai. Ulupampang menjadi pelabuhan International dan Mengwipun berkembang sangat pesat dan dibawah pimpinan I.Gusti Agung Ngurah Made Agung yang bergelar “Ida Cokorda Sakti Blambangan” mengalami masa kejayaan . Dan Blambanganpun menjadi kiblat Mengwi. Maka dapat dipahami jika Pura Taman Ayun yang dibangun oleh I Gusti Agung Ngurah Made Agung, menghadap ke gunung Semeru di Blambangan/Lumajang tidak seperti pura di Bali pada umumnya yang menghadap ke Gunung Agung.
Hubungan kekeluargaan inilah yang menjadikan keturunan Blambangan di Mengwi tetap berkukuh menyebut dirinya sebagai Dalem Blambangan, demikian juga pada para keturunan Blambangan/Majapahit yang tersebar diseluruh Bali yang menyebut dirinya Sugihan Jawa. Demikian teguh keyakinan itu, sehingga diwujudkan dalam pedoman hidup, bahwa apabila mereka tidak melakukan penghormatan kepada leluhurnya di Blambangan, dengan tidak melakukan sowan/matur dalam upacara suci di Blambangan (Udalan,atau Hari Raya ummat Hindu Bali lainnya) maka mereka dinyatakan mati tanpa Kepala.
Apakah RADEN MAS SEPUH itu Pangeran Pati III atau Wong Agung Wilis???
Jika pada tulisan diatas telah diungkapkan legenda R.Mas Sepuh yang bersumber dari cerita tutur yang berkembang di Bali, maka menjadi menarik untuk melacaknya melalui sejarah Blambangan siapakah sebenarnya beliau? Dalam cerita tutur diatas ada empat hal yang dapat dijadikan dasar kajian untuk melacak siapa sebenarnya R.Mas Sepuh itu yaitu :
1. Putra raja Blambangan dan putri Bali/Mengwi yang beragama Islam.
2. Bergelar Amangkuningrat dan dimakamkan di pantai Seseh.
3. Memiliki Pusaka/Keris yang karena saktinya memancarkan Sinar
4. Berjalan diatas permukaan laut
Larasan satu (Putra Raja Blambangan dan Putri Bali beragama Islam)
Perkembangan Islam di Indonesia bagian timur tidak bisa dilepaskan dari pengaruh Sunan Giri, demikian juga penyebaran Islam di Blambangan, tetapi hanya rakyat yang memeluk agama Islam sedang para bangsawan Blambangan baru sebagian kecil, dan kebanyakan masih teguh dengan agama Hindu. Namun demikian hubungan para pembesar yang beragama Hindu dan sebagian besar rakyat yang beragama Islam, berjalan sangat harmonis, menyatu dalam simbiose mutualistis. Pada abad ke 18 , seperti dikutip oleh Drs I.Made Sujana M.A (Leiden) telah mulai ada para bangsawan Blambangan yang memeluk agama Islam. Beliau itu adalah Pangeran Pati III, Mas Agung Wilis, dan R.Mas Pakis atau Pangeran Jagapati . Tetapi dalam babad Wilis, Pangeran Pati III masih dinyatakan beragama Siwa Buda. Dan diantara ketiga bangsawan itu hanya Wong Agung Wilis yang berdarah Blambangan dan Bali (Putra Pangeran Pati II, dengan Putri Mengwi). Wong Agung Wilis seorang Pemimpin yang dihormati di Blambangan.
Larasan dua; Amangkuningrat dan dimakamkan di Seseh.
Seperti ditulis diatas ada tiga orang bangsawan Blambangan yang diyakini beragama Islam (meskipun Pangeran Pati III babad Wilis dinyatakan beragama Siwa Budha), dan dua orang yang dinyatakan telah berangkat menuju Bali yaitu Pangeran Pati III dan Wong Agung Wilis. Sumber dari Belanda mengungkapkan bahwa P.Pati III bergelar Hamangkupuro sementara Babad Tawangalun mengungkapkan bergelar Danuningrat (Gelar Mangkuningrat belum jelas sumbernya). Sementara Wong Agung Wilis, meskipun telah diakui sebagai Raja Blambangan, para sejarahwan Blambangan tetap menyebut sebagai Wong Agung Wilis. Sebutan ini sangat merakyat karena kisah perjoangannya diabadikan dalam Babad Wilis. Dalam babad Wilis, diungkapkan bahwa Wong Agung Wilis dan P.Pati III, berangkat ke Mengwi. Namun kedatangan P.Pati III, tidak mendapat penghormatan Raja Mengwi, karena P.Pati III telah meminta bantuan kepada Belanda. Sementara Wong Agung Wilis sangat dihormati di Mengwi. Kepergian Wong Agung Wilis dan P.Pati III, mengakibatkan Blambangan dikuasai oleh VOC yang mendarat di Bayu Alit pada tgl 23 Maret 1767 . Untuk merebut kembali Blambangan dari tangan VOC, P.Pati III segera kembali ke Blambangan.P.Pati III meyakini inilah saat membuktikan diri sebagai Raja Blambangan dan menebus sakit hatinya ketika upeti permohonan pertolongan pada Belanda dibalas dengan air tuba (Racun). Seluruh persyaratan bantuan Belanda telah dipenuhi, yaitu selain harta benda juga termasuk menyerahkan tujuh putri Blambangan pada Belanda, dan menandatangani perjanjian tunduk pada Belanda. Kenyataannya bantuan itu tidak pernah ada, dan P.Pati malah ditelantarkan dan Belanda menduduki Blambangan, dengan semena mena dan menghapuskan kerajaan Blambangan.
Jika babad Wilis, hanya menceritakan kepulangan P.Pati III ke Blambangan tetapi berdasar sumber Belanda dan Babad Pura Dalem Sibang Kaya , ternyata P.Pati III, dibunuh oleh prajurit Mengwi dan mayatnya dibuang kelaut . Penulis sulit mempercayai kedua sumber itu, karena VOC terkenal dengan politik Devide et Empera, dengan memutar balikan fakta sejarah untuk kepentingan dagangnya. Sedang sumber dari Bali, perlu dikritisi karena adanya permusuhan diantara kerajaan di Bali . Penulis menyakini bahwa P.Pati III dibunuh oleh Belanda ditengah perjalanan ke Blambangan atau ditengah selat Bali, karena selat Bali telah dikuasai oleh VOC. Apalagi jika dikaitkan dengan ketika Wong Agung Wilis kembali ke Blambangan rakyat Blambangan mendukung penuh Wong Agung Wilis. Dukungan itu tidak mungkin diberikan apabila Wong Agung Wilis menghianati pamannya. Karena rakyat Blambangan sangat patuh pada pemimpinnya ( Patrons Client) .
Kematian P.Pati III, telah menyulut Wong Agung Wilis untuk mengusir VOC dari bumi Blambangan. Namun kemarahan ini tertunda karena ditugaskan raja Mengwi untuk memadamkan pemberontakan di Bali dan Lombok. Setelah dua tugas itu diselesaikan dengan baik, Wong Agung Wilis kembali ke Blambangan. Dengan dukungan penuh rakyat Blambangan, serta dukungan dari Inggris, pelaut Bugis, dan pelarian bangsa China akibat perang China di Batavia akhirnya berhasil mengusir VOC dari Blambangan dalam pertempuran laut dan darat yang sangat dahsyat dan terus dikenang rakyat Blambangan. Namanya sangat melegenda dan menjadi inspirasi perjoangan rakyat Blambangan. Setelah bertahan selama satu tahun lebih (23 Maret 1767 sd 6 September 1768) akhirnya VOC dengan bantuan Mataram, dan Surabaya dan Madura, berhasil melumpuhkan Wong Agung Wilis. Wong Agung Wilis yang memiliki kharisma yang kuat di Blambangan, ditangkap dan dibuang ke Banda pada tanggal 6 September 1768 (VOC ,tidak membunuh pejoang yang memiliki pengaruh/kharisma yang besar sebab bisa menimbulkan pemberontakan lebih besar) Dan ternyata Wong Agung Wilis bersama keluarganya berhasil melarikan diri dari Banda dan tinggal di Bali sampai wafatnya. Berdasarkan catatan Belanda Wong Agung Wilis wafat di Mengwi pada akhir abad ke 18.
Larasan tiga,Keris Sakti bersinar.
Keris merupakan status simbol wong Blambangan. Dalam babad Tawangalun diceritakan keris Gagak milik Wangsakarya penasehat Prabu Tawangalun, sangat sakti yang mampu menaklukan kekuatan sakti Kanjeng Pangeran Kadilangu Mataram guru Sultan Mataram . Demikian juga dalam Negara Tawon Madu, I Made Sujana mengungkapkan bahwa pasukan Jagabela Blambangan, bersenjata keris yang berlapis emas, yang diselipkan didepan. Maka dapat dipastikan keris yang diangkat oleh R.Mas Sepuh, sebagai raja Blambangan tentu selain terbuat dari emas juga dihiasi permata, sehingga ketika diangkat akan memancarkan sinar. Sinar yang gemerlap dari keris inilah yang membuat masyarakat Bali terkejut dan sudah sepantasnya Wong Agung Wilis memiliki keris berlapis emas dan dihiasi permata.
Larasan empat. Berjalan diatas laut.
Kemampuan berjalan diatas laut, menurut penulis merupakan tamsil betapa heibatnya kapal yang ditumpangi oleh raja Blambangan itu. Dan ini sangat berkaitan dengan kapal yang digunakan oleh Wong Agung Wilis melarikan diri dari Banda (Maluku) menuju ke Bali tentulah menggunakan kapal yang besar yaitu kapal orang Bugis, sekutu perang di Blambangan . Ketika kapal itu merapat ke pantai pulau Bali tentu sangat menakjubkan orang Bali, sehingga menggambarkan raja Blambangan berjalan diatas laut.
Dari keempat larasan tersebut dapat dipastikan R.Mas Sepuh adalah Wong Agung Wilis.
Maka makam keramat, yang disucikan orang Hindu dan dinobatkan sebagai wali itu sesungguhnya makam Wong Agung Wilis. Dan sudah sepatutnya beliau mendapat penghargaan terhormat itu. Penghormatan yang layak untuk pejoang melawan penjajahan dan sangat dicintai rakyat dan menjadi inspirasi dalam perjoangan kemerdekanan maupun pada saat saat mendatang.
Wali Pitu
Dalam khasanah penyebaran dan pengembangan Islam di Jawa kita mengenal peranan besar Wali Songo, demikian pula di Bali ternyata penyebaran dan pengembangan Islam di p.Bali dikenal juga peranan besar Wali Pitu.
Masjid di Bali (VIVAnews/Boby Andalan)
Yang dimaksud Wali Pitu adalah;
1. R.Mas Sepuh
2. Habib Umar Maulana Yusuf
3. Habib Ali bin Abu Bakar Umar bin Abu Bakar Al Khamid
4. Habib Ali bin Zaenal Abidin Al Idrus
5. Syech Maulana Yusuf Al Magribi
6. Habib Ali bin Umar Bafaqih
7. Syech Abdul Qodir Muhammad
Raden Mas Sepuh seperti diungkapkan cerita tutur adalah seorang bangsawan Blambangan yang lahir dari perkawinan antara Raja Blambangan dan putri Bali/Mengwi. Beliau adalah bangsawan Blambangan yang beragama Islam ketika Blambangan masih sebagai kerajaan Hindu.Kedatangan beliau ke Mengwi, dalam rangka silaturahmi, menguatkan tali persaudaraan antara keluarga ibunya dan ayahnya.Pada saat kedatangannya ke kerajaan Mengwi , sempat membuat kagum orang Bali, karena beliau bersama pengiringnya berjalan diatas laut. Tetapi rupanya kedatangan beliau disalah tafsirkan ,sehingga timbullah perang tanding antara pengikut beliau dengan prajurit Mengwi/masyarakat Bali. Untuk menghindari pertumpahan darah dan mengakhiri pertempuran itu R.Mas Sepuh, mengeluarkan keris pusakanya dan mengangkat keatas. Ternyata keris pusaka tersebut memancarkan sinar, sehingga menyilaukan prajurit Bali. Melihat kehebatan sinar keris beliau, maka perang tandingpun berhenti. Dan akhirnya kedatangan beliau diterima dengan baik beliau diperkenankan tinggal di Mengwi dan menjalankan agama Islam dengan baik ditempat tersebut sampai saat wafat.Beliau dimakamkan di Seseh, Tabanan, suatu tempat pada zaman itu masih daerah kerajaan Mengwi Makam beliau saat menjadi ziarah kaum muslim baik dari Bali maupun dari Luar Bali (Jawa, Lombok , dan Sulawesi) tetapi juga menjadi ziarah ummat Hindu. Karena kharomah beliau dalam pengembangan dan penyebaran agama Islam di Bali maka masyarakat bali menobatkan beliau sebagai salah seorang Wali diantara para Wali Pitu Bali.
Meninggal tanpa Kepala.
Keberadaan R.Mas Sepuh,sebagai bagian Wali Pitu dan Orang Suci Hindu menjadi tanda yang monumental hubungan antara Blambangan dengan Bali , dan hubungan damai antara Islam dan Hindu. Hubungan Blambangan dan Bali terikat erat sejak zaman Prabu Hayam Wuruk. Tetapi setelah Hayam Wuruk meninggal terjadilah perang Paregreg. Dalam perang itu Blambangan kalah, sebagian besar bangsawan Blambangan melarikan diri ke Bali, seperti ditulis oleh Stanford Raffles bahwa ketika Menak Dadali Pati (Nama lain Bhree Pangembangan dari Balambangan) itu berhasil dikalahkan dan dibunuh, keluarga kerajaan Blambangan melarikan diri ke kediaman pemimpin Bali Klongkong .
Diperkirakan keluarga inilah yang kemudian membangun Kerajaan Mengwi. Seperti diketahui Mengwi didirikan pada tahun (1627 ) . Dan Mengwi berkembang pesat setelah pelarian kedua orang Blambangan bertambah banyak, yaitu ketika Sultan Agung menggempur Blambangan pada tahun 1634/1635 dengan 30.000 pasukan, dan mengangkut 5000 prajurit Blambangan ke Mataram . Ternyata serangan ini tidak membuat Blambangan hancur, karena itulah Sultan menulis peringatan kepada para penggantinya bahwa masih terdapat dua Nagari di Jawa yang tidak dapat ditundukkan yaitu Sumedang (Parahyangan) dan Blambangan . Karena itulah Mataram,menyerang kembali Blambangan pada tahun 1647, dibawah pimpinan Tumenggung Wiraguna. Serangan ini gagal total dan Tumenggung Wiraguna terbunuh dalam pertempuran itu.
Pada awal tahun 1600, Blambangan memindahkan ibukotanya dari Kedawung (sekitar Puger) ke Bayu kemudian ke Macan putih. Selain menghindari serangan Mataram pemindahan itu juga didasarkan atas pertimbangan berubahnya jalur perdagangan ke Samudra Hindia. Ulupampang/Muncar pelabuhan Blambangan di jalur samudra Hindia telah berkembang amat pesat dan telah menjadi pelabuhan International. Kapal dagang dari seluruh Nagari di Nusantara, Jawa, Bali, Bugis, Bengkolen /Sumatra mendarat di pelabuhan ini, dan malahan juga China dan terutama Inggris . Karena jarak Blambangan dan Mengwi sangat dekat , hanya terpisah selat Bali, maka hubungan antara Blambangan dan Mengwi menyatu kembali dan terjadilah perkawinan antara keluarga dinasty Tawangalun (1635 sd 1690) dan Mengwi. Hubungan baik inilah berdampak pada keamanan selat Bali dan menjadi jalur perdagangan yang amat ramai. Ulupampang menjadi pelabuhan International dan Mengwipun berkembang sangat pesat dan dibawah pimpinan I.Gusti Agung Ngurah Made Agung yang bergelar “Ida Cokorda Sakti Blambangan” mengalami masa kejayaan . Dan Blambanganpun menjadi kiblat Mengwi. Maka dapat dipahami jika Pura Taman Ayun yang dibangun oleh I Gusti Agung Ngurah Made Agung, menghadap ke gunung Semeru di Blambangan/Lumajang tidak seperti pura di Bali pada umumnya yang menghadap ke Gunung Agung.
Hubungan kekeluargaan inilah yang menjadikan keturunan Blambangan di Mengwi tetap berkukuh menyebut dirinya sebagai Dalem Blambangan, demikian juga pada para keturunan Blambangan/Majapahit yang tersebar diseluruh Bali yang menyebut dirinya Sugihan Jawa. Demikian teguh keyakinan itu, sehingga diwujudkan dalam pedoman hidup, bahwa apabila mereka tidak melakukan penghormatan kepada leluhurnya di Blambangan, dengan tidak melakukan sowan/matur dalam upacara suci di Blambangan (Udalan,atau Hari Raya ummat Hindu Bali lainnya) maka mereka dinyatakan mati tanpa Kepala.
Apakah RADEN MAS SEPUH itu Pangeran Pati III atau Wong Agung Wilis???
Jika pada tulisan diatas telah diungkapkan legenda R.Mas Sepuh yang bersumber dari cerita tutur yang berkembang di Bali, maka menjadi menarik untuk melacaknya melalui sejarah Blambangan siapakah sebenarnya beliau? Dalam cerita tutur diatas ada empat hal yang dapat dijadikan dasar kajian untuk melacak siapa sebenarnya R.Mas Sepuh itu yaitu :
1. Putra raja Blambangan dan putri Bali/Mengwi yang beragama Islam.
2. Bergelar Amangkuningrat dan dimakamkan di pantai Seseh.
3. Memiliki Pusaka/Keris yang karena saktinya memancarkan Sinar
4. Berjalan diatas permukaan laut
Larasan satu (Putra Raja Blambangan dan Putri Bali beragama Islam)
Perkembangan Islam di Indonesia bagian timur tidak bisa dilepaskan dari pengaruh Sunan Giri, demikian juga penyebaran Islam di Blambangan, tetapi hanya rakyat yang memeluk agama Islam sedang para bangsawan Blambangan baru sebagian kecil, dan kebanyakan masih teguh dengan agama Hindu. Namun demikian hubungan para pembesar yang beragama Hindu dan sebagian besar rakyat yang beragama Islam, berjalan sangat harmonis, menyatu dalam simbiose mutualistis. Pada abad ke 18 , seperti dikutip oleh Drs I.Made Sujana M.A (Leiden) telah mulai ada para bangsawan Blambangan yang memeluk agama Islam. Beliau itu adalah Pangeran Pati III, Mas Agung Wilis, dan R.Mas Pakis atau Pangeran Jagapati . Tetapi dalam babad Wilis, Pangeran Pati III masih dinyatakan beragama Siwa Buda. Dan diantara ketiga bangsawan itu hanya Wong Agung Wilis yang berdarah Blambangan dan Bali (Putra Pangeran Pati II, dengan Putri Mengwi). Wong Agung Wilis seorang Pemimpin yang dihormati di Blambangan.
Larasan dua; Amangkuningrat dan dimakamkan di Seseh.
Seperti ditulis diatas ada tiga orang bangsawan Blambangan yang diyakini beragama Islam (meskipun Pangeran Pati III babad Wilis dinyatakan beragama Siwa Budha), dan dua orang yang dinyatakan telah berangkat menuju Bali yaitu Pangeran Pati III dan Wong Agung Wilis. Sumber dari Belanda mengungkapkan bahwa P.Pati III bergelar Hamangkupuro sementara Babad Tawangalun mengungkapkan bergelar Danuningrat (Gelar Mangkuningrat belum jelas sumbernya). Sementara Wong Agung Wilis, meskipun telah diakui sebagai Raja Blambangan, para sejarahwan Blambangan tetap menyebut sebagai Wong Agung Wilis. Sebutan ini sangat merakyat karena kisah perjoangannya diabadikan dalam Babad Wilis. Dalam babad Wilis, diungkapkan bahwa Wong Agung Wilis dan P.Pati III, berangkat ke Mengwi. Namun kedatangan P.Pati III, tidak mendapat penghormatan Raja Mengwi, karena P.Pati III telah meminta bantuan kepada Belanda. Sementara Wong Agung Wilis sangat dihormati di Mengwi. Kepergian Wong Agung Wilis dan P.Pati III, mengakibatkan Blambangan dikuasai oleh VOC yang mendarat di Bayu Alit pada tgl 23 Maret 1767 . Untuk merebut kembali Blambangan dari tangan VOC, P.Pati III segera kembali ke Blambangan.P.Pati III meyakini inilah saat membuktikan diri sebagai Raja Blambangan dan menebus sakit hatinya ketika upeti permohonan pertolongan pada Belanda dibalas dengan air tuba (Racun). Seluruh persyaratan bantuan Belanda telah dipenuhi, yaitu selain harta benda juga termasuk menyerahkan tujuh putri Blambangan pada Belanda, dan menandatangani perjanjian tunduk pada Belanda. Kenyataannya bantuan itu tidak pernah ada, dan P.Pati malah ditelantarkan dan Belanda menduduki Blambangan, dengan semena mena dan menghapuskan kerajaan Blambangan.
Jika babad Wilis, hanya menceritakan kepulangan P.Pati III ke Blambangan tetapi berdasar sumber Belanda dan Babad Pura Dalem Sibang Kaya , ternyata P.Pati III, dibunuh oleh prajurit Mengwi dan mayatnya dibuang kelaut . Penulis sulit mempercayai kedua sumber itu, karena VOC terkenal dengan politik Devide et Empera, dengan memutar balikan fakta sejarah untuk kepentingan dagangnya. Sedang sumber dari Bali, perlu dikritisi karena adanya permusuhan diantara kerajaan di Bali . Penulis menyakini bahwa P.Pati III dibunuh oleh Belanda ditengah perjalanan ke Blambangan atau ditengah selat Bali, karena selat Bali telah dikuasai oleh VOC. Apalagi jika dikaitkan dengan ketika Wong Agung Wilis kembali ke Blambangan rakyat Blambangan mendukung penuh Wong Agung Wilis. Dukungan itu tidak mungkin diberikan apabila Wong Agung Wilis menghianati pamannya. Karena rakyat Blambangan sangat patuh pada pemimpinnya ( Patrons Client) .
Kematian P.Pati III, telah menyulut Wong Agung Wilis untuk mengusir VOC dari bumi Blambangan. Namun kemarahan ini tertunda karena ditugaskan raja Mengwi untuk memadamkan pemberontakan di Bali dan Lombok. Setelah dua tugas itu diselesaikan dengan baik, Wong Agung Wilis kembali ke Blambangan. Dengan dukungan penuh rakyat Blambangan, serta dukungan dari Inggris, pelaut Bugis, dan pelarian bangsa China akibat perang China di Batavia akhirnya berhasil mengusir VOC dari Blambangan dalam pertempuran laut dan darat yang sangat dahsyat dan terus dikenang rakyat Blambangan. Namanya sangat melegenda dan menjadi inspirasi perjoangan rakyat Blambangan. Setelah bertahan selama satu tahun lebih (23 Maret 1767 sd 6 September 1768) akhirnya VOC dengan bantuan Mataram, dan Surabaya dan Madura, berhasil melumpuhkan Wong Agung Wilis. Wong Agung Wilis yang memiliki kharisma yang kuat di Blambangan, ditangkap dan dibuang ke Banda pada tanggal 6 September 1768 (VOC ,tidak membunuh pejoang yang memiliki pengaruh/kharisma yang besar sebab bisa menimbulkan pemberontakan lebih besar) Dan ternyata Wong Agung Wilis bersama keluarganya berhasil melarikan diri dari Banda dan tinggal di Bali sampai wafatnya. Berdasarkan catatan Belanda Wong Agung Wilis wafat di Mengwi pada akhir abad ke 18.
Larasan tiga,Keris Sakti bersinar.
Keris merupakan status simbol wong Blambangan. Dalam babad Tawangalun diceritakan keris Gagak milik Wangsakarya penasehat Prabu Tawangalun, sangat sakti yang mampu menaklukan kekuatan sakti Kanjeng Pangeran Kadilangu Mataram guru Sultan Mataram . Demikian juga dalam Negara Tawon Madu, I Made Sujana mengungkapkan bahwa pasukan Jagabela Blambangan, bersenjata keris yang berlapis emas, yang diselipkan didepan. Maka dapat dipastikan keris yang diangkat oleh R.Mas Sepuh, sebagai raja Blambangan tentu selain terbuat dari emas juga dihiasi permata, sehingga ketika diangkat akan memancarkan sinar. Sinar yang gemerlap dari keris inilah yang membuat masyarakat Bali terkejut dan sudah sepantasnya Wong Agung Wilis memiliki keris berlapis emas dan dihiasi permata.
Larasan empat. Berjalan diatas laut.
Kemampuan berjalan diatas laut, menurut penulis merupakan tamsil betapa heibatnya kapal yang ditumpangi oleh raja Blambangan itu. Dan ini sangat berkaitan dengan kapal yang digunakan oleh Wong Agung Wilis melarikan diri dari Banda (Maluku) menuju ke Bali tentulah menggunakan kapal yang besar yaitu kapal orang Bugis, sekutu perang di Blambangan . Ketika kapal itu merapat ke pantai pulau Bali tentu sangat menakjubkan orang Bali, sehingga menggambarkan raja Blambangan berjalan diatas laut.
Dari keempat larasan tersebut dapat dipastikan R.Mas Sepuh adalah Wong Agung Wilis.
Maka makam keramat, yang disucikan orang Hindu dan dinobatkan sebagai wali itu sesungguhnya makam Wong Agung Wilis. Dan sudah sepatutnya beliau mendapat penghargaan terhormat itu. Penghormatan yang layak untuk pejoang melawan penjajahan dan sangat dicintai rakyat dan menjadi inspirasi dalam perjoangan kemerdekanan maupun pada saat saat mendatang.
DR.DWI LISTYO RAHAYU, PUTRI BANYUWANGI, SATU SATUNYA TAKSONOM KELOMANG DI INDONESIA, SATU DARI LIMA DIDUNIA
Satu-satunya Taksonom Kelomang di Indonesia
Jumat, 30 September 2011 | 20:45 WIB
KOMPAS.com – Indonesia hanya punya segelintir
taksonom. Salah satu di antaranya adalah Dr Dwi Listyo Rahayu, Peneliti
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Ia mungkin salah satu taksonom langka karena di dunia saat ini hanya ada
5 taksonom kelomang (hermit crab) atau biasa disebut
umang-umang, pong-pongan, atau kepompong. Ia memulai aktif meneliti
kelomang pada tahun 1987, menyelesaikan studi master dan doktoral di
Perancis dalam bidang biologi kelautan.
Beberapa waktu lalu, dalam acara Kongres dan Seminar Taksonomi Kelautan Indonesia I, Kompas.com sempat berbincang dengannya. Beberapa pertanyaan seputar perjalanan sebagai taksonom kelomang, penemuan yang telah dihasilkan hingga kehidupan pribadi sebagai seorang taksonom sempat dibicarakan. Berikut petikan wawancara Kompas.com.
Saya pikir waktu itu, apa sih bagusnya kelomang, apa gunanya. Lalu saya diberi kelomang yang masih fresh dan saya lihat, it’s not bad. Cantik juga. Saya lalu mulai lihat literaturnya, ternyata tak banyak yang mengerjakan. Publikasi kelomang dari Indonesia waktu itu hanya ada satu pada tahun 1937. Saya pikir, ini kesempatan saya untuk mengerjakan dan ternyata menarik. Akhirnya saya ambil.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah paling tidak menemukan satu, atau jika tidak bisa langsung bekerja dulu dengan senior. publikasi pertama dan kedua saya masih dengan profesor saya, baru setelah itu bisa sendiri. Ini penting, karena kalau tiba-tiba publikasi, pasti orang akan bertanya siapa kita.
Yunanto Wiji Utomo
Editor: Tri Wahono
Beberapa waktu lalu, dalam acara Kongres dan Seminar Taksonomi Kelautan Indonesia I, Kompas.com sempat berbincang dengannya. Beberapa pertanyaan seputar perjalanan sebagai taksonom kelomang, penemuan yang telah dihasilkan hingga kehidupan pribadi sebagai seorang taksonom sempat dibicarakan. Berikut petikan wawancara Kompas.com.
Bagaimana awalnya bisa tertarik menekuni taksonomi kelomang?
Saya mulai meneliti tahun 1987. Kebetulan saya dulu ikut meneliti
dengan profesor saya. Saya melihat kerja yang tekun dan saya suka itu.
Lalu secara kebetulan saya mendapat beasiswa di Perancis. Di sana, saya
pergi ke museum dimana profesor saya dulu ambil studi untuk
disertasinya. Waktu itu saya mau taksonomi udang, tapi di sana ternyata
enggak ada. Lalu saya ditawari untuk mempelajari kelomang.Saya pikir waktu itu, apa sih bagusnya kelomang, apa gunanya. Lalu saya diberi kelomang yang masih fresh dan saya lihat, it’s not bad. Cantik juga. Saya lalu mulai lihat literaturnya, ternyata tak banyak yang mengerjakan. Publikasi kelomang dari Indonesia waktu itu hanya ada satu pada tahun 1937. Saya pikir, ini kesempatan saya untuk mengerjakan dan ternyata menarik. Akhirnya saya ambil.
Apa sih gunanya menekuni kelomang? Mengapa bisa begitu bersemangat?
Ilmu itu too luxurious di Indonesia. Setiap kali saya
menemukan spesies baru, saya selalu berpikir bahwa ada yang mengatur
hidup ini, dia Tuhan. Saya selalu berkata dalam hati, “Ya Allah, kau
tunjukkan kepadaku sesuatu yang baru.” Saya menemukan makna dari apa
yang saya kerjakan. Jika ada yang bertanya untuk apa menekuni taksonomi
kelomang, saya berkata, taksonomi itu science for science. Taksonomi menunjang perkembangan science selanjutnya. Jadi kita tidak bisa mengetahui secara langsung manfaat suatu spesies begitu dia ditemukan. ada prosesnya dulu.
Apa peran kelomang dalam kehidupan kita?
Kelomang itu memakan semuanya. Perannya dalam ekosistem, kalau dalam
bahasa Jawa, adalah resik-resik, bersih-bersih. Kita tidak secara
langsung akan melihat dia bersih-bersih, tetapi kita bisa mengetahuinya
lewat penelitian. Di mana ada kelomang? Kita bisa tahu kalau misalnya
ada intrusi air tawar, maka di sanalah kelomang ada. Kelomang hidup pada
dasarnya dari daerah intertidal hingga laut pada kedalaman 2.000 meter.
Ada berapa spesies kelomang? Berapa yang sudah Anda temukan?
Di dunia kurang lebih ada 1.600 spesies kelomang yang sudah terdata.
Yang di Indonesia, hanya di daerah intertidal saja, saya sudah mendata
sekitar 160 spesies. Kalau di total dengan yang ada di lautan, mungkin
saat ini sudah ada 180-200 yang terdata. Yang perlu sekarang adalah
mendata yang ada di kedalaman lautan, itu yang belum tereksplorasi
dengan baik. Itulah sayangnya, saya tidak menyelam. Rekan saya yang
menyelam menemukan banyak spesies kelomang dan bagus-bagus. Setiap kali
teman saya menemukan, di Christmast Island misalnya, saya selalu
berpikir bahwa spesies ini ada di Indonesia. Jadi ini harus lebih banyak
dieksplorasi. Harus ada perhatian lebih, sebab selama ini kan kalau
kita menyelam yang diperhatikan hanya koral dan ikan. Kelomang juga
harus mulai diperhatikan.
Apa jenis kelomang yang paling mengesankan?
Saya sudah menemukan lebih dari 60 jenis baru. genus baru ada dua. Setiap menemukan spesies selalu exciting. jadi enggak ada yang paling. Dari 2 genus itu, salah satunya, pteropagurus. Dia tinggal di cangkangnya pteropods, sejenis mollusca pelagik,
padahal kelomang adalah bentik. Bagaimana bisa tinggal di sana, karena
cangkang sangat ringan. Tapi kita sampai sekarang belum tahu bagaimana
caranya, apakah pteropod ini mati dan akhirnya kelomang masuk, atau
melayang dan kelomang pada fase planktonik occupied. Kita belum tahu.
Anda sudah menemukan genus dan spesies baru. Bagaimana membedakan antara menemukan genus baru dan spesies baru?
Itulah gunanya taksonomi. Pada dasarnya, kalau kita sudah banyak
melihat, kita akan tahu mana yang berbeda. Ketika kita menemukan yang
baru, kita akan mencocokkan dengan genus atau spesies yang ada. Ini
lebih dari sekedar studi literatur, tetapi benar-benar mencocokkan.
Itulah makanya kita butuh reference collection, jadi begitu
kita menemukan, kita bisa mencocokkan. Kalau berbeda dan tidak ada dalam
koleksi yang sudah kita atau orang lain ambil, berarti itu bisa genus
atau spesies baru.
Sudahkah dunia mengenal bahwa Indonesia punya banyak spesies kelomang? Bagaimana cara mengenalkannya?
Kalau saya temukan spesies di indonesia, saya akan selalu tuliskan
dalam judul publikasi kata “Indonesia”. Contohnya, waktu masih konflik
Timor Timur dan mereka mau memisahkan diri dari Indonesia, saya
menemukan 2 spesies baru. Saya lalu segera mempublikasikan itu, agar
nanti bisa ditulis “2 spesies baru dari Dili, Indonesia”, sebab setelah
itu mungkin sudah tidak bisa. Bagi saya, mengenalkan itu juga bentuk
nasionalisme.
Banyak spesies terancam punah. Kalau kelomang ini bagaimana statusnya?
Di Indonesia ga ada masalah. Kalau di Thailand, ada ancaman karena
kelomang banyak diperjualbelikan sebagai hewan piaraan. Di Singapura,
saking bersihnya pantai, kelomang ikut dibersihkan. Saya pergi ke salah
satu pulau di sana, tak ada kelomang satu pun. Di indonesia ada salah
satu pengusaha yang ekspor kelomang darat di Bandung. tapi dia budidaya
juga, jadi nggak masalah.
Bagaimana menjaga kelomang tetap lestari?
Kelomang itu kan hidupnya tergantung pada adanya mollusca. Kalau mollusca-nya hilang, ya kelomangnya hilang. Jadi kuncinya adalah menjaga kelestarian mollusca. Nah untuk jaga mollusca,
jaga lingkungannya. Kita belum tahu apa yang akan terjadi bila tidak
ada kelomang. Tapi pasti ada sesuatu yang lain yang akan terjadi, karena
kalau salah satu hilang, ya pasti akan berpengaruh, ini ekologi.
Sebagai seorang taksonom yang sudah di area yang sangat
spesifik, apakah tidak merasa sepi karena hanya segelintir orang saja
yang menekuni?
Hahaha… mungkin kelihatan sepi, karena kecil dan sedikit sekali
orangnya, tapi kita punya komunitas sendiri. Saya selalu kontak dengan
mereka dan setiap kali bertemu, selalu ada saja yang kita bicarakan.
Jadi terlihat sepi karena saya mengerjakan di sini sendiri, tapi di
dalam komunitas itu kita bisa apa saja, bisa menggosip juga. Kalau ada
satu yang hilang, misalnya tahun lalu ada satu yang meninggal, kita juga
merasa kehilangan. Pada dasarnya kita senang dan tidak kesepian, karena
bisa berteman dengan orang dari beragam latar belakang.
Kalau keseharian taksonom seperti Anda apa selalu serius? Apada bedanya taksonomo orang lain?
Hidup saya fun. Saya hanya berdua dengan suami saya. Dia juga peneliti, bidang budidaya. Dia mengerti dunia saya. Saya travelling,
dia oke saja. Mungkin Tuhan juga punya pemikiran lain karena saya tidak
punya anak. Ya akhirnya saya menikmati hidup yang saya punya. Memang
saya kadang memaksakan kehendak karena saya pikir kadang anak-anak muda
sekarang, kenapa hal-hal kecil saja enggak mau, padahal waktu seusia
mereka, saya udah publikasi. Tapi akhirnya saya sadar saya ngerem juga, sangat ngerem. kalau tidak, bisa kabur semua, termasuk orang yang saya bimbing.
Apa benar taksonom sulit mendapat pekerjaan?
Ya kalau fresh graduate, Tapi kalau kita sudah jadi taksonom profesional, pekerjaan itu sampai kita nolak-nolak. Karena memang sudah terlalu banyak.
Kalau ada yang ingin menjadi taksonom, apa step yang harus dijalani agar bisa menjadi taksonom profesional?
Panjang. Saya mulai meneliti tahun 1987, baru publish pertama tahun 1992, lalu publish
lagi tahun 1994. Pada publikasi kedua saya baru mendapat surat dari
“mbahnya” taksonomi kelomang yang mengucapkan selamat dan menilai
pekerjaan saya bagus. Saya waktu itu langsung tangkap kesempatan
berkontak dengan dia dan akhirnya kita selalu berdiskusi. Jadi networking juga penting.Langkah pertama yang harus dilakukan adalah paling tidak menemukan satu, atau jika tidak bisa langsung bekerja dulu dengan senior. publikasi pertama dan kedua saya masih dengan profesor saya, baru setelah itu bisa sendiri. Ini penting, karena kalau tiba-tiba publikasi, pasti orang akan bertanya siapa kita.
Yunanto Wiji Utomo
Editor: Tri Wahono
SUSUNAN PENGURUS IKAWANGI JAKARTA 2007 sd 2011
DEWAN PENASEHAT;
KETUA HARIAN; Drs.H. Sugihadi Hadiwinoto
SEKRETARIS ; Ir. HM Machsum Asqy MM
H.Derwaman Setya Budy
BENDAHARA ; Hj.Anita Christiana
Hj.Indrawati Sitro
BIDANG EKONOMI; H.Lukman Yani
H.K.Mulyono
H.Sudibyo W.W
Ir. Agus Hendro
H.Yusuf Selamat.
BIDANG SOSIAL BUDAYA; dr. Nur Abadi
Joko Cahyono
H.Moch. Fuad
Rick Hasan
Ninik Carlina.
BIDANG HUMAS ; H.Dermawan Setya Budy
H.Antariksawan S.E
Hj. Sofie Muntahar
Hj. Syarifah Banun
Hj.Indrawati Sitro
BIDANG ORGANISASI & INFORMASI;
H.Agus Budi Hartono
Sri Sulihati
Nurhidayat
Agus Ibrahim
BIDANG HUKUM & KEAMANAN;
Kol.Khairil Annam
Joko Yuhono SH MH
Akp. Lina Dwi
Sundoro
Bryan Firdaus.
BIDANG PENDIDIKAN & KEROCHANIAN;
Pur Pujiono S.E.
H.Ramidi Rgd
Achmad On.
Arief Handoko SQ.
- Brig Jen TNI ( Purn ) H.Abdul Kahpi
- H. Abdul Madjid
- Laksda TNI (Purn) Basuki
- Maj Jend Mar ( Purn) Aminoellah Ibrahim
- Maj Jend Mar ( Purn) Rusdi Maksum
- H. Busyairi Abdullah S.H.
- Drs. H. Abdullah Azwar Anas
- DR. Dip. Biol. Budi Mranata
- Ichwan Asrin S.E Msi
- Kom Pol (Purn) Hanipan.
KETUA HARIAN; Drs.H. Sugihadi Hadiwinoto
SEKRETARIS ; Ir. HM Machsum Asqy MM
H.Derwaman Setya Budy
BENDAHARA ; Hj.Anita Christiana
Hj.Indrawati Sitro
BIDANG EKONOMI; H.Lukman Yani
H.K.Mulyono
H.Sudibyo W.W
Ir. Agus Hendro
H.Yusuf Selamat.
BIDANG SOSIAL BUDAYA; dr. Nur Abadi
Joko Cahyono
H.Moch. Fuad
Rick Hasan
Ninik Carlina.
BIDANG HUMAS ; H.Dermawan Setya Budy
H.Antariksawan S.E
Hj. Sofie Muntahar
Hj. Syarifah Banun
Hj.Indrawati Sitro
BIDANG ORGANISASI & INFORMASI;
H.Agus Budi Hartono
Sri Sulihati
Nurhidayat
Agus Ibrahim
BIDANG HUKUM & KEAMANAN;
Kol.Khairil Annam
Joko Yuhono SH MH
Akp. Lina Dwi
Sundoro
Bryan Firdaus.
BIDANG PENDIDIKAN & KEROCHANIAN;
Pur Pujiono S.E.
H.Ramidi Rgd
Achmad On.
Arief Handoko SQ.
Muhammad Ikhsan . wong Banyuwangi di Pucuk Pimpinan Ford
Pria Banyuwangi di Pucuk Pimpinan Ford
Muhammad Ikhsan – detikOto
Jakarta – Pucuk kepemimpinan PT Ford Motor Indonesia (FMI) baru saja berganti dan kini dipegang oleh Bagus Susanto sebagai Managing Director PT FMI. Pria asal Banyuwangi itu menggantikan Will Angove sebagai Presiden Direktur PT FMI yang mengakhiri masa kerjanya pada akhir Agustus 2011.
Sebelum menjabat sebagai Managing Director PT FMI, pria lulusan ITS kelahiran 1974 silam itu menjabat sebagai Sales and Marketing Director PT FMI. Sebenarnya Bagus bukan orang asing di Ford, pria penyuka makanan gado-gado itu sudah bergabung dengan Ford sejak 1 Mei 2003 silam.
Pria yang sempat berkecimpung di Astra dan juga penyuka jogging ini awalnya menduduki posisi General Manager Marketing PT FMI. Namun kini ia dipercaya memimpin bisnis mobil Ford di Tanah Air.
Menurutnya Ford masih bisa terus berkembang di Tanah Air seiring dengan perkembangan industri mobil yang kian pesat. Masih banyak celah yang ia harus masuki untuk membuat mobil-mobil Ford lebih terkenal lagi dan menyebar di seluruh daerah di Tanah Air.
detikOto sempat mewawancarai Bagus di kantor pusat FMI di Wisma Pondok Indah II. Nah, berikut wawancara detikOto dengan Bagus.
1. Sejak kapan bergabung dengan Ford Motor Indonesia (FMI). Lalu kenapa memilih Ford?
Saya bergabung dengan Ford sejak 1 Mei 2003. Saya pindah dari Toyota ke Ford. Di Toyota itu saya bekerja sebagai Coorporate Planning. Masuk pertama kali ke jajaran Ford Motor Indonesia sebagai GM Marketing FMI.
Apa yang saya lihat pertama kali bergabung dengan Ford, sebelum saya berbagung dengan Ford, Ford adalah salah satu merek otomotif papan atas dunia yang sedang melakukan ekspansi waktu itu dan ini kembali ke 2003, melihat Indonesia sebagai market yang potensial dan ingin memperkuat eksistensi Ford di Indonesia, dan itu adalah tantangan bagi saya.
Kalau di dunia, Ford adalah produsen otomotif kedua terbesar di dunia waktu itu, saya pikir dengan produk-produk globalnya dan melihat Indonesia sebagai market yang potensial, saya pikir mereka (Ford) memberikan tantangan yang menarik bagi saya.
Karena itu pertimbangan saya keluar dari Toyota dan memutuskan masuk ke Ford. Tantangannya Ford waktu itu hanya menjual, kalau tidak salah Ford Ranger yang diluncurkan 2002 dan selanjutnya Ford Link, kemudian Escape itu pun hanya 3.0 liter. Saya lihat ini sangat kecil sekali, jadi memang pertumbuhan yang sangat signifikan dan merupakan keputusan, keluar dari suatu perusahaan yang establish seperti Toyota kemudian masuk ke perusahaan yang menjadi penantang dan itu menjadi tantangan sendiri bagi saya. Eksistensi Ford sendiri belum ada, melihat dilernya masih terbatas waktu itu, dan melihat produknya sendiri masih 3 line-up dan harganya masih di atas Rp 200 juta dan banyak orang juga belum tahu Ford seperti apa di Indonesia.
Semua hal tersebut menjadikan tantangan bagi saya, di balik itu semua saya melihat bahwasanya ini punya potensi ke depan karena saya melihat reputasi Ford sebagai perusahaan global. Melihat keseriusan Ford melakukan ekspansi khususnya di wilayah ASIA dan yang mana menurut saya ASIA salah satu ‘hot market’ sehingga ini menjadikan saya menjadi ‘part of the team.’ Saya sendiri sangat ambius untuk mengembangkan market Ford di Tanah Air.
Kalau saya lihat tantangannya lebih ke arah produk line-up yang kita miliki itu yang pertama, karena kalau kita bicara awareness dan penetrasi sebetulnya kita tidak boleh hanya menjual mobil saja.
Yang menjadikan tantangnya bagi kita adalah bagaimana, satu bisa mempenetrasi market tersebut seiiring waktu kita eksis di Indonesia, seperti sekarang ini tahun lalu kita rilis Ford Fiesta artinya kita masuk ke dalam satu segmen yang sebelumnya kita tidak pernah sentuh. Pasarnya hanya 8-9 persen, dan itu terus berkembang bila dilihat.
Nah kalau kita ingin memperkuat eksistensi kita harus memperkuat dengan produk baru.
2. Ford Motor Indonesia selama ini identik dengan sosok warga asing terutama Will Angove. Bagaimana rasanya menjadi orang Indonesia pertama yang bisa menjadi bos Ford di Indonesia?
Perasaan saya, kalau prinsip saya menjadi orang pemimpin itu merupakan suatu penghormatan dan tanggung jawab yang diberikan dan suatu kesepatan memimpin orang lain namun merupakan tanggung jawab sebagai pemimpin itu kita harus malayani dan bukan hanya ingin dilayani.
Ini merupakan suata kehormatan bagi saya, dan suatu kehormatan sebagai anak bangsa sebagai orang Indonesia dan harus saya jaga dan ke depan ini pasti ada pemimpin-pemimpin yang lain dari tim FMI itu sendiri. Di satu sisi yang lain saya merasa ini merupakan tanggung jawab yang besar. Ford melihat Indonesia sebagai suatu pasar potensial.
Dan berjalan dengan rencana ekspansi di ASIA maka ekspektasi itupun harus dibarengi dengan dedikasi maupun kegigihan dengan tekad dan semangat yang bulat untuk mencapai yang diharapkan.
Apa yang diharapkan tentunya adalah bagaimana strategi Ford secara global yaitu ‘One Ford’ dan itu bisa terwujud di Indonesia sendiri. Apa sih strategi One Ford itu sendiri sebetulnya ujung dari segi produk, ke depan Ford akan meluncurkan global produk yang merupakan sebagai strategi One Ford itu sendiri.
Global produk ini sendiri yang akan kita luncurkan di Indonesia ataupun di ASEAN. Dalam 5 tahun ke depan Ford akan meluncurkan 8 produk baru Ford. Dan produk itu sendiri akan kita luncurkan di Indonesia, dan di Indonesia kita mengharapkan kesuksesan.
Itu bisa dilihat sebetulnya pada waktu kita meluncurkan produk global yaitu Ford fiesta, dimana produk tersebut mendapatkan respons yang sangat tinggi dan itu memberikan kepercayaan yang tinggi pada diler dan supplier.
3. Menurut Bapak, beda Ford dengan pabrikan Amerika lain?
Direction Ford ke depan kita terus meluncurkan produk-produk global Ford yang mana kalau jika Anda lihat kasusnya Fiesta, produk kita sangat masuk dari segi kebutuhan, matching istilahnya.
Kita mempunyai kepercayaan tinggi baik itu di Fiesta, baik itu produk-produk yang akan datang seperti All New Ranger, All New Focus. Kita punya kepercayaan yang tinggi. Mereka akan suka dengan produk seperti itu, modern, progresif, menonjolkan kepercayaan yang tinggi, image yang pas, kualitas yang bagus dan esklusivitas.
Bagus pun meyakini berbagai fitur yang terbenam di mobil-mobil Ford sangat membantu pengendaranya seperti fotur parking otomatis yang tersemat pada all new Focus mendatang. Fitur tersebut sangat membantu pengendara wanita.
Apa yang menjadi kendala bagi pengendara wanita? adalah parkir. Nah all new Ford Focus menggunakan sensor parking.
Saat ini seperti yang diyakini Bagus, konsumen memilih mobil yang memiliki gedget, knowledge table. seperti Ford Fiesta. Ford Fiesta menurutnya tidak hanya kaya fitur tapi juga kaya fitur keselamatan seperti ESP.
Jualan mobil tidak ada ABS konsumen tidak mau begitu juga jika tidak ada ESP. Konsumen sekarang sudah mengerti Electronic Stability Program (ESP). Ford mempunyai komitmen dalam hal itu. Yang jelas Ford mempunyai komitmen dan itu merupakan salah satu pilar yang kita sebutkan tadi, faktor safety itu merupakan salah satunya. Yang memang paling cool itu voice command, tapi aspek keselamatan itu sendiri sangat penting.
Ford memiliki fitur ESP dan ada di Ford Fiesta di mana kompetitor yang lain fitur keselamatan itu hanya diproduk Rp 400 juta ke atas. Selain desain, kualitas, efisiensi bahan bakar kemudian smart teknologi dan tantangan bagi kita how to delivery to its segment.
4. Bagaimana strategi yang akan diambil untuk menembus dominasi Jepang di Indonesia?
Kalau membicarakan strategi untuk meningkatkan penjualan Ford di
Indonesia menurut saya satu yang jelas kita harus meningkatkan porsi.
kita harus jualan mobil baru, dan menigkatkan segmen kita, dari 20
persen ke 80 persen.Seperti produsen lain memiliki mobil di segmen lain. Kalau kita mau penetrasi market lebih dalam lagi, mau-mau tidak mau langkah itu harus kita tempuh, dan itu kita sudah punya rencanakan kalau penetrasi kita lebih dalam itu pertama dan kedua tentu adalah dari sisi network karena Indonesia Luas sekali.
Orang beli mobil tidak hanya sekedar beli dan selesai. Seperti service dan berapa jauh dari jarak ke rumah. Target kita kedepan meningkatkan atau memperbesar akses jaringan kita terhadap konsumen.
Mungkin selama 2003 kita terus meningkatkan hingga akhir tahun ini kita punya 40 diler. Tahun depan kita buka lagi dengan harapan jangkauan kita ke konsumen semakin melebar.
Kedua dari segi brand, tentunya dari segi image jauh berbeda dengan 2003 ketika saya gabung. Sekarang Ford bukan unit taksi, Ford bukan hanya dari Amerika saja. Sekarang beda sekali. Diler Ford kini tersebar di seluruh Indonesia seiring dengan produk yang kita jual, diler juga akan kita tambah,” umbarnya.
5. Pasar MPV masih mendominasi Tanah Air, apakah Ford Indonesia akan bermain di segmen ini?
MPV masih mobil keluarga, aspek kekeluargaan di Asia relatif lebih
tinggi dibanding di luar ASIA. Kalau saya lihat bukan MPV tapi mobil
dengann kapasitas yang lebih banyak.Ke depan kita akan harus memperluas pangsa pasar kita, segmen mana yang kita masukin saya belum bisa open. Tapi directionnya memang ke arah sana, mau-mau tidak mau, kalau Ford mau ekspansi harus meningkatkan kue.
Kita tidak akan bisa maksimal seperti sekarang kalau Ford enggak main di B-segmen, SUV, pikap. kita tidak bisa meningkatkan ke penjualan 17 ribu. Ford sendiri tidak punya MPV di Asia.
6. Ada rencana membangun pabrik di Indonesia?
“Kita (Ford) tidak punya rencana sampai saat ini untuk melakukan itu.
Kita ini berada di kaawsan ASEAN dimana kita mempunyai peraturan ASEAN
Free Trade Area (AFTA yang tidak punya batasan. Selama memenuhi 40
persen ASEAN lokal konten, aman.Sebetulnya bea masuk dari Indoensia ke Thailand begitu juga sebaliknya 0 persen. Jadi tidak ada suatu keharusan untuk membangun pabrik. Sekarang ini kita tidak punya rencana untuk itu.
Bagus di kantornya
BAHASA bLAMBANGAN MENGHADAPI TANTANGAN zAMAN
- Mungkinkah bahasa dari suatu kerajaan yang jelas geneologynya (asal usul wangsanya), berperadaban tinggi (pada abad 16 diakui lebih tinggi dari Mataram), makmur,terpelihara selama 500 tahun, hanya mewariskan sebuah bahasa yang egaliter , campur aduk antara bahasa strata tinggi dan bahasa rakyat????.
- Mengapa bahasa Blambangan tidak sama dengan bahasa Madura, Jawa, Bali, Palembang , Banten , Cirebon ,yang serumpun yaitu bahasa yang digunakan pada zaman Majapahit.
- Jika sejatinya bahasa ini adalah bahasa yang egaliter , maka dari manakah asal jiwa seni ,lagu yang indah,syair yang elitis, yang anggun, itu?
- Mengapa bahasa ini mampu menjadi lingua franca Kabupaten Banyuwangi. Sehingga para pendatang dari seluruh Nusantara, bangsa Tionghoa, Arab, India dll) menggunakan bahasa ini .
Pendahuluan.
Para sarjana yang genius telah dapat membuktikan adanya Blambangan,
mereka telah membantah bahwa Blambangan hanya legenda , karena tidak
ditemukan bukti artefak di Banyuwangi, dan hanya bersandar pada cerita
babad. Pandangan sempit ini telah dibantah
dengan cara pandang yang komprenhensif, tidak terbatas pada artefak
yang ada di Banyuwangi dan babad saja, tetapi melacak jauh ke sumber
terpercaya dari artefak yang ada diluar Banyuwangi ,tulisan para mpu
pada masa Majapahit, babad para wali, penulis dari manca negara pada
abad 14,15,16 dan sumber sumber di Leiden
University. Dari fakta fakta itu , tidak saja
terbukti adanya kerajaaan Blambangan tetapi juga membuktikan bahwa
Blambangan adalah sebuah kerajaan yang makmur. dan pada abad ke 16 dan
17 , memiliki peradaban yang lebih tinggi dari Mataram, dan bertahan 200
tahun lebih lama dari Majapahit dan kerajaan paling akhir yang dapat
ditaklukan oleh
VOC.
Rajanya yaitu Bhree Wirabhumi / Menakjinggo yang digambarkan sebagai
raja yang culas dan buruk rupa mirip raksasa , ternyata adalah seorang
yang gagak perkasa, berwibawa, dan kepemipinannya diakui oleh Kerajaan
Ming China. Muhibah armada besar yang dipimpin Laksamana Cheng Ho dari
kerajaan Ming, yang melakukan perjalanan tujuh kali ke seluruh negara di
Asia, diperkirakan lebih dari satukali menyinggahi
Blambangan.
Buyut Bhre Wirabhumi , dari perkawinan cucunya Dewi Sekar Dalu dengan
Maulana Iskak, yaitu Sunan Giri adalah Sunan yang kharismatis,adalah
Paus /King maker raja Islam di Nusantara dan Melayu, pemimpin para wali
sesudah Maulana Malik
Ibrahim.
Demikian juga Prabu Tawangalun yang berkedudukan di Macan Putih (
Banyuwangi) telah membawa Blambangan mencapai puncak kemakmuran, dan
sangat berwibawa dan sangat dihormati oleh raja Hindu Bali, Sunda
,maupun Islam.Selain pemimpinnya yang sangat berwibawa , prajurit Blambangan juga dikenal sangat pemberani.Ketika pasukan gabungan VOC dan Mataram menyerbu dan menghancurkan Blambangan , ternyata mereka tidak mampu menggeser setapakpun wong Blambangan dari Golden Triangle Nagari (pusat pemerintahan) Blambangan terakhir yaitu Bayu , Macan Putih , Kota Lateng.
Keteguhan wong Blambangan menjaga Nagari , dan adat istiadat itu, telah melestarikan budaya Blambangan dan menjadikan bahasa Blambangan menjadi lingua franca Banyuwangi. Tetapi berbanding terbalik dengan kesenianya yang penuh warna , anggun, dan genuin, bahasa Blambangan adalah bahasa yang egaliter, kata katanya terdiri dari serapan bahasa Kawi, Jawa, Bali, Madura,tidak memiliki unggah ungguh.
Menjadi pertanyaan besar mengapa bahasa Blambangan , memiliki struktur yang aneh dibanding dengan bahasa serumpun( Kawi) yang berlaku di Bali, Madura, Jawa,Cirebon, Banten?
Bahasa adalah buah tertinggi dari peradaban dan sangat dipengaruhi oleh Hystories& demographies, Geneologis /Silsilah Dinasty , Agama,System Kepemimpinan, ,Tata Pemerintahan .
Maka untuk mengetahui sejatinya /existensi bahasa Blambangan , kita akan menganalisa /larasan dari aspek itu. Apakah ada faktor faktor yang mendukung terbentuknya bahasa egaliter dan tanpa unggah ungguh itu ?.
Hystories& Demographies, Negara Beradab yang kaya.
Negeri ini sebenarnya tidak bisa dipisahkan dengan Majapahit, karena
seperti tercantum dalam Prasasti Gunung Butak, (1294), menyebutkan
adanya perjanjian antara Raden Wijaya sebagai pendiri kerajaan Majapahit
dengan Arya Wiraraja seorang adipati Singosari yang telah banyak
membantu perintisan dan pembentukan kerajaan Majapahit bahwa “pulau
Jawa akan dibagi menjadi dua bagian dan masing-masing mendapat
sebagian.” Dalam perjanjian itu Arya Wiraraja diberi kekuasaan atas
wilayah Lumajang Utara, Lumajang Selatan, dan Tigang Juru . Dan
kemudian diangkat secara resmi sebagai adipati pertama[1]
Wilayah Lumajang,dan Tigang Juru (Jember,Bondowoso, Situbondo,
Banyuwangi) dikenal dengan Majapahit Kedaton Wetan,dan bagian barat
dikenal sebagai Majapahit Kedaton Kulon. Kedua bagian Majapahit
memiliki keunggulan yang saling melengkapi. Dan sejarah mencatat
ketika kedua sanak kadang ini bersatu maka Majapahit mencapai kejayaan ,
dan ketika terbelah maka suramlah Majapahit.Majapahit Kedaton Wetan adalah sebuah kerajaan yang makmur menjadi pusat perbekalan Majapahit , dalam Nagara Krtagama , karya monumental Mpu Prapancha sumber terpercaya karena menjadi references utama dari Bagawan Sejarah Jawa Pigeaud, yang melahirkan Magnum Opus ( Karya Monumental) The Hystori Of Java in 14th century , pada bait 99 ;
- Pira teki lawas nira patukangan…..
- Para mantri ri Bali ri Madura dhatang,
- ri Balumbungan andelanika karuhun …..
- sayawa ksiti wetanumarkapupul……
Balumbungan adalah Blambangan.
Bait 256. Tentang kemakmuran mertua Bhree Wirabhumi.
- Sri natheng matahun tapel nira sita wresadha hanamamindha nandini’
- Yekametwakenartha bhojana mijil saka ri tutukupurwwatan pegat.
Keberadaan Blambangan sebagai negara yang beradab dan makmur juga terdapat pada prasasti didaerah Kediri dan Lumajang, catatan perjalanan musafir China, catatan perjalanan pedagang dan penguasa Portugal Tome Pires dalam bukunya yang terkenal “Summa Oriental “dan malahan banyak bukti merupakan catatan para pembesar Kompeni yang disimpan dengan baik oleh sarjana yang profesional di Leiden University.
Kemakmuran Blambangan ditunjang dua kekuatan ekonomi yaitu kekuatan agraris dan kekuatan Maritim yaitu adanya pelabuhan perdagangan , Panarukan dan Ulupampang
Tentang Panarukan. Jonno de Barros, Decada IV,buku I,bab 7 (Portugies). Yang menulis bahwa pada bulan Juli 1528, Don Garcia Henriquez, tampaknya berlabuh di pelabuhan Peneruca /Panarukan untuk mengisi perbekalan sebelum melanjutkan perjalanan ke Malaka. Dan nampaknya raja Panarukan mengirim dutanya pada Gubernur Portugies di Malaka.Tentang Peneruca dikemukakan bahwa sejak tahun 1526 telah dikunjungi 20 buah kapal Portugis untuk membeli perbekalan.Kerajaan Blambangan dianggap netral karena merupakan kerajaan Hindu, sedang kerajaan di Jawa adalah kerajaaan Islam , dan Portugis sedang berperang dengan kerajaan Islam[3]
Tentang Ulupampang. Blambangan juga memiliki pelabuhan Ulupampang /Muncar yang sangat ramai. Export Blambangan meliputi sarang burung, beras, dan hasil hutan. Sejak tahun 1600 Pelabuhan Ulupampang setiap tahun mengexport sarang burung seharga empat ribu found sterling, 1 ton bahan lilin, dan 600 ton beras, dan hasil hutan lainnya. Ulupampang dipenuhi perahu besar milik kerajaan, perahu besar bangsa China, dan Bugis. Selain perahu tersebut, pelabuhan Ulupampang , setiap setengah tahun disinggahi kapal Inggris yang berlayar ke Australia untuk membeli perbekalan sejak tahun 1696. Tercatat yang mengunjungi Ulupampang adalah Francis Drake , dengan membawa kapal The Paca berbobot 70 ton, dan The Swan berbobot 50 ton.Juga Thomas Candish telah tinggal selama dua minggu di Ulupampang , dengan membawa kapal “Pretty” dan” Wilhems[4]
Dan pada abad ke 17 ,dibawah pimpinan Prabu Tawangalun Blambangan mencapai tingkat kemakmuran ,dan kejayaan . Istana Macan Putih memiliki luas 4.5 ha, dan istrinya mencapai 400 orang.Maka pantaslah seorang sejarawan menulis bahwa Blambangan pada saat itu lebih beradab dari Mataram.[5]
Begitu perkasanya Blambangan , sehingga mampu bertahan selama 500 tahun atau 200 tahun lebih lama dari Kerajaan Majapahit. Dan karena itu Blambangan menjadi Negeri terakhir yang dapat ditundukan VOC, dengan mengerahkan dukungan Mataram dan Madura dan sebagian Jawa Timur.
Geneologis dynasti Majapahit Kedaton Wetan
Dalam rangka membangun Majapahit yang Jaya, prabu Hayamwuruk , raja
Agung Majapahit, memperistri putri Majapahit Kedaton Wetan. Dari
perkawinan ini , lahirlah putra tunggal Hayam Wuruk , yaitu Bhree
Wirabhumi, yang kemudian diangkat menjadi adipati Blambangan [6]
.Dengan demikian Bhree Wirabhumi secara Geneologis adalah Wangsa
Sanggramawijaya, penerus wangsa Isyana. Dan wangsa Isyana adalah penerus
wangsa Sanjaya, kelompok Arya yang pertama kali datang ke Jawadwipa
abad ke
7.
Untuk menjaga darah birunya, prabu Hayamwuruk menyandingkan Bhree
Wirabhumi dengan putri adik kandung nya yaitu Bhree Lasem yang menikah
dengan adipati MatahunTentang pribadi ini , kita akan mengutip sumber yang sangat terpercaya yaitu Negara Krtagama .
- Tekwan wrdhya weke narendra sangumungwing wira bhumyang dhiri.
- Sang sri Nagara wardhani prahita rajni kanyakanopama.
Tentang Bhree Lasem ( adik Hayamwuruk)
- Wwanten tari haji ri wilwatika rajni’
- Sang munggwing lasemanaruga ring kahayan. ( Ada Adinda Baginda raja di Wilwatika ( Majapahit)’
Tentang Bhree Matahun ( suami Bhree Lasem)
- Penan sri nara natha kapwa ta huwus labdha bhiseka prabhu,
- Sang natheng matahun priya nrpati sing rajyeng lasem susrama,
Raja Matahun suami Rani Lasem seorang pemberani’[9]
Geneologis yang dihormati inilah yang menurunkan raja Blambangan.
Larasan dari aspek Agama
Blambangn dicatat sebagai kerajaan Hindu yang terhormat dan dihormati karena di kawasan ini terletak gunung yang disucikan oleh penganut Hindu yaitu G. Semeru :
Kemuliaan Beliau ( Prabu Hayamwuruk) disejajarkan dengan Sang Hyang Adhi Guru , diyakini bersemayam di puncak gunung Semeru , yang dianggap dewanya semua dewa serta amat gaib dialam ini ,bahkan menguasai alam jagat raya. [10]
Gunung Semeru adalah padanan Mahameru di India, yaitu tempat bersemayam para dewa Hindu. Maka tidak heran Blambangan menjadi tempat bertapa para pandita.
Dari teks Bujangga Manik yang ditulis sekitar abad ke-16, kita dapat memperoleh sebuah nama daerah sebagai tempat bertapanya kaum agamawan Hindu, yakni “Balungbungan” yang, bila merujuk teks naskah tersebut, terletak di ujung timur Pulau Jawa . Balungbungan adalah Blambangan.
Pada abad ke-16, ketika kerajaan-kerajaan di Jawa telah bercorak Islam, hanya ada dua kerajaan yang berpegang teguh pada coraknya yang Hindu, yakni Sunda-Pajajaran dan Blambangan. Dan pada abad ke 17 Blambangan dipimpin raja Hindu yang sangat disegani yaitu PrabuTawangalun dan mencapai tingkat kemakmuran dan kejayaan dan ketika wafat upacara Ngabennya diakui terbesar dalam sejarah Hindu di Jawa dan diikuti Sati 200 istri, dari 400 isterinya
Meskipun demikian , Blambangan memiliki kedudukan yang amat terhormat dari kerajaan Islam .Islam telah menyebar di Blambangan pada abad ke 15 dan perpindahan agama dari Hindu ke Islam , berjalan dengan damai dan mulus. Tidak ada satu buktipun yang menyatakan terjadi perpindahan paksa dari Hindu ke Islam. Sebuah buku yang terkenal mendelegimitasi Sunan Giri dan sinis terhadap penyebaran agama Islam di Jawa, yaitu Serat Darmagandul[11], mengakui Blambangan adalah tanah perdamaian Prabu Brawijaya dan Sunan Kalijaga. Bahwa ada yang menyatakan agama Islam disebarkan oleh penguasa Mataram , sesuatu yang tidak berdasar , Islam di Blambangan memiliki ciri yang sangat berbeda dengan Islam Mataram. Islam Blambangan adalah Islam para wali /Sunan Giri.
Dari fakta diatas jelaslah bahwa wong Blambangan adalah ras yang sangat religius. Agama apapun yang diyakini akan diimani secara penuh, dan tetap tetap menghormati keyakinan yang berbeda (pluralis)
Larasan dari aspek Kepemimpinan.
Perhatian yang besar Hayamwuruk,pada kepemimpinan Blambangan selain
menjaga darah birunya, dan Hayamwuruk mempercayakan pendampingan
Bhre Wirabhumi pada mertuanya ( Bhree Matahun) seorang adipati yang
ahli dalam politik dan pemberani, menjadikan Bhree Wirabhumi ,menjadi
pemimpin yang disegani . Maka ketika Hayamwuruk wafat , dan tahta
Majapahit direbut oleh Wikramawardhana (menantu Hayamwuruk), Bhree
Wirabhumi memisahkan diri dan membangun Blambangan. Dari Kepemimpinannya
Blambangan akhirnya sejajar dengan Majapahit Kulon sehingga menjadi
negara yang berwibawa dan mendapat pengakuan dinasty Ming di
China.
Lebih dari itu Bhre
Wirabhumi juga menurunkan pemimpin berwibawa pada zamannya. Seorang
cicitnya , Sunan Giri,yaitu putra hasil perkawinan cucunya Dewi Sekar
Dalu dengan Syech Awalul Islam Maulana Iskah yang dibuang ke Gersik
telah menjadi pemimpin di Gersik dan diakui sebagai
Khalifatullah tanah Nusantara ( Paus Nusantara dan Melayu) , pemimpin
para wali setelah wafatnya Maulana Malik Ibrahim. Ini membuktikan orang Blambangan tidak saja berjaya ketika menjadi pemimpin didaerahnya, ketika berada diluar Blambanganpun ,putra Blambangan mampu menduduki tempat tertinggi dan terhormat. Beliau tidak saja berhasil menunjukan kemampuannya sebagai pemimpin agama tetapi juga sebagai pendidik yang berwibawa .Beliau mengajarkan Nilai yang agung sebagai bekal hidup.
Pada olah batin selain dengan tirakat dan puasa, juga nampak menetapkan nilai yang harus dianut oleh santrinya yaitu;
- Gusti iku bagusing ati; Gusti iku dumunung ana atining manungsa kang becik.
- (Tuhan adalah hati yang suci; Tuhan itu berada pada hati yang suci)
- Sing sapa nyumurupi dating Pangeran iku ateges nyumurupi awake dhewe. Dene kang durung mikani awake dhewe durung mikani dating Pangeran.
- (Mengetahui zat Tuhan berarti mengenal dirinya sendiri.Dan barang siapa belum mengenal dirinya sendiri , berarti belum mengerti zat Tuhan
Pada olah budi dilaksanakan dengan pendidikan character,melalui nilai nilai,
- Kahanan donya ora langgeng , mula aja ngegungake kesugihan lan drajatira , awit samangsa ana wolak waliking zaman ora ngisin isini.
- (Keadaan dunia ini tidak abadi, oleh karena itu jangan menngagung agungkan kekayaan dan derajatmu , sebab bila sewaktu waktu terjadi perubahan keadaan Anda tidak akan menderita aib./Profesional)
- Kahanan kang ana iki suwe mesthi ngalami owah gingsir , mula aja lali marang sapadha padhaning tumitah.
- (Keadaan yang ada tidak lama pasti mengalami perubahan , oleh karena itu jangan melupakan sesama hidup./ Caring)
Larasan Tata Pemerintahan.
Drs I Made Sudjana MA dalam bukunya Negeri Tawon Madu,memaparkan Struktur Pemerintahan Blambangan sebagai berikut.- Wilayah kerajaan dibagi dua yaitu
2.Jawi Kuta/pemerintah pusat
- Nagari/Pemerintah Pusat memiliki institusi
Patih Tengen memiliki institusi dua level yaitu Patinggi, Jagalatri.
Patih Kiwa hanya memiliki satu institusi Patih
Tetapi Patih Kiwa lah yang mengatur daerah Jawi Kuta.
Patih Kiwa bertanggung jawab pada Jagabela/ Prajurit.
Pada aspek Pemerintahan Daerah memiliki garis operasioanal ,pada Bekel Agung, Patih, Patinggi.[12]
Kesimpulan larasan Hystories & Demographies, Geneologies, Agama,Leadership, Tata pemerintahan.
Dari seluruh aspek pembahasan diatas dengan jelas tidak ada satu
celahpun yang memungkinkan bahasa Blambangan tidak memiliki
Strata,/unggah ungguh/ toto kromo karena semua hasil larasan
mengharuskan adanya lingua franca yang memiliki Strata dan tata bahasa
yang baik seperti bahasa serumpun yang digunakan pada zaman Majapahit,
yaitu Jawa, Madura, Bali, Cirebon , Banten. Dan lebih dari itu bahasa
Blambangan mestinya memiliki kosa kata yang sangat sempurna karena
digunakan dalam ritual agama, hubungan luar negeri, maritim, tata
pemerintahan. Atau sama dengan bahasa Sunda , karena dua kerajaan
inilah, yang paling akhir menjadi negeri Islam.Tetapi mengapa bahasa Blambangan tidak memiliki Strata dan menjadi bahasa yang egaliter? Itulah yang harus kita temukan.
Memperhatikan sejarah Nusantara, tidak ada bukti yang bisa menguatkan bahwa perpindahan agama dari Hindu ke Islam ( contoh Jawa, Madura, Minang ) yang menyebabkan rusaknya bahasa. Begitu juga hapusnya kerajaan? Maka menjadi pertanyaan besar , apa yang menyebabkan hancurnya Bahasa Blambangan.
Genocida dan hancurnya Bahasa Blambangan.
Peristiwa terbesar yang mengarahnya pada penyebab hancurnya bahasa
Blambangan adalah peristiwa genocida wong Blambangan seperti
disampaikan oleh Stanford Raffles dan Anderson ;- From that moment , the provinces subjected to its authority, ceased to improve. Such were the effect of her desolating system that the population of the province of Banyuwangie,which 1750 is said to have amounted to upwards of 80.000, was in 1811 reduce to 8000[13]
- Blambangan memang tidak pernah lepas dari pendudukan dan penjajahan pihak luar, dan pada tahun 1765 tidak kurang dari 60.000 pejuang Blambangan terbunuh atau hilang untuk mempertahankan wilayahnya[14]
- Anderson melukiskan bahwa betapa kekejaman Belanda tak bertara sewaktu menguasai Blambangan terutama dalam tahun 1767-1781. Dengan merujuk catatan Bosch yang ditulis dari Bondowoso, Anderson mengatakan: “daerah inilah barangkali satu-satunya di seluruh Jawa yang suatu ketika pernah berpenduduk padat yang telah dibinasakan sama sekali…”.[15]
Data Statistik yang dikemukan Raffles dalam Hystori of Java ( 618) membenarkan kekejaman pembunuhan itu . Jumlah penduduk pada thn1815( saat Raffles memerintah) , Pria 4463 , dan Perempuan 4410. Jumlah desa 140 . Raffles juga menjelaskan bahwa tiap desa dihuni antara 30kel sampai 60 kel , dan malahan ada desa yang hanya diisi kurang dari 10 keluarga. Dari fakta itu , kita dapat memperoleh gambaran sebagai berikut:
- Adanya jumlah penduduk pria lebih banyak dari perempuan, membuktikan betapa brutalnya pembunuhan ini, apalagi jika dikaitkan dengan kecantikan gadis Blambangan.( Dalam Babad Wilis diceritakan pimpinan VOC meminta hadiah 9 (sembilan) wanita Blambangan untuk syarat bertemu dengan P.Pati) . Pada perang sekejam apapun diakhir perang jumlah wanita lebih besar dari pria, apalagi dalam kondisi terserang wabah penyakit[17]
- Tidak adanya jumlah penduduk di Nagari. Ini membuktikan para petinggi Blambangan tersapu habis dari tanah Blambangan. Fakta ini menguatkan hilangnya pengguna bahasa kromo Blambangan , dan berarti hilangnya bahasa kromo dari Blambangan.
- Fakta penduduk yang masih ada, tinggal di desa desa tinggal didesa terpencar , memperkuat bahasa merekalah yang sebenarnya kita gunakan saat ini.
- Pengangkatan Bupati pertama, R. Wiroguno (Mas Alit) tahun 1773 oleh pemerintah kolonial Belanda mempertegas marjinalisasi itu. Mas Alit adalah tokoh pribumi yang dihadirkan dari Madura dan ia merepresentasikan Jawa atau Madura. Naskah Resolusi 7 Desember 1773 pasal pertama menjelaskan bahwa Mas Alit sebagai Bupati diberi wewenang penuh untuk mengatur Banyuwangi bahkan secara mandiri (tunggal) tanpa pejabat lain yang diangkat sebagai wali. Dalam naskah itu pula dijelaskan bahwa untuk mengisi dua patih yang selalu membantu Mas Alit, pemerintah Belanda maupun Mas Alit sendiri hanya memperkenankan salah satu diisi oleh keturunan Blambangan asli, patih pertama (tertua). Bawa Laksana, seorang keturunan Blambangan asli (wong Using), ditunjuk untuk menduduki jabatan itu dengan alasan ia setia dan loyal. Masa-masa pemerintahan sesudah Mas Alit, posisi komunitas Using tetap tidak berubah dan jataban orang nomor satu di Banyuwangi selalu diduduki oleh keturunan Mas Alit. Dalam perkembangan selanjutnya, keturunan Mas Alit ini menjadi kelompok priyayi tersendiri di Banyuwangi yang kurang apresiasi terhadap Using dan keusingan.[18]
Kesimpulan akhir dan Harapan.
- Berdasarkan tinjauan peradaban , dari faktor histories & demographies, Geneologies/Silsilah, Agama, Leadership, Tata pemerintahan telah terbukti bahwa bahasa Blambangan , seperti rumpun bahasa kawi lainnya ( Madura, Jawa, Bali), memiliki tata krama, unggah ungguh .
- Lebih dari itu kosa kata bahasa Blambangan seharusnya lebih sempurna, karena Blambangan adalah tanah suci orang Hindu, memiliki masa jayanya yang lebih panjang dari Majapahit, adanya perpindahan agama yang amat damai, dan negeri terakhir yang dapat ditaklukan VOC.Oleh karena itu setidaknya sama dengan bahasa Sunda.
- Hilangnya bahasa kromo dari khasanah bahasa Blambangan ,karena adanya Genocida yang membunuh para priyayi,pria, wanita dan anak yang mencapai 90% penduduk Blambangan, yang diteruskan dengan marjinalisasi wong Blambangan, baik oleh VOC maupun Bupati Kolonial.
- Bahasa Blambangan yang kita gunakan adalah bahasa kaum petani yang tersisa di negeri Blambangan , dari sisa sisa Genocida.
- Para petani ini, telah dapat menduduki kembali Golden Triangle Nagari Blambangan ( Bayu, Macan Putih, Kota Lateng). Pada posisi dipusat Nagari ,keyakinan yang teguh, dan memiliki kekuatan ekonomi yang kuat, para wong Blambangan yang termajinalisasi oleh Bupati Kolonial telah mampu mempertahankan bahasa Blambangan sebagai bahasa kebudayaan , dan lingua franca.
- Maka menjadi keharusan untuk wong Blambangan mempertahankan bahasa ini, dengan sikap yang sama dengan leluhur kita yaitu sepenuhnya Mandiri.
[1] Lekkerkerker, 1923:220
[2] Prof DR Drs I Ketut Riana S.U Nagara Krtagama ,Kompas 2009
[3] Drs I Wayan Sudjana . Negeri Tawon Madu 22
[4] Ibid 24,61
[5] Dr.Puwadi M.Hum,Dra Enis Niken H.M.Hum 2007. 110 via Kamajaya 1992:98
[6] Ibid .73
[7] Ibid Bait 16
[8] Ibid Bait 12
[9] Ibid Bait 14
[10]Ibid 31
[11]
Serat Darmagandul, Kalamwadi , terbit pertama kali tahun 1830,dicetak
kembali th 1990 .Dahara Prize.. Tokoh Antagonis Darmo Gandul, Nurul Huda
,Pura Pustaka , Jogya 5 Juli 2005.
[12] Ibid 119
[13] Thomas Stanford Raffles , Hystory of Java,68
[14] Epp 1849 247
[15] Bosch, via Anderson 1982 75 ,76
[16]
Pada jumlah penduduk 80000, biasanya 25% ( 20.000)terdiri dari pria
dan 25 % ( 20.000) terdiri dari wanita , dan 50% anak ( laki laki dan
perempuan.
[17] Beberapa sarjana mengatakan bahwa merosotnya penduduk Blambangan karena perang saudara dan atau adanya wabah penyakit.
[18] Novi Anoegrajekti , Wong Using :Sejarah Perlawanan dan Pewaris Menakjinggo. Desantara 04-03-2008
SD Banyuwangi tampil di Istana Negara
Sebuah peristiwa yang membanggakan anak SD Banyuwangi tampil di
perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia di Istana Negara Jakarta pada tgl 17
Agustus 2011. Peringatan Hari Kemerdekaan tahun ini memang sangat
membanggakan bagi kami orang Banyuwangi, selain penampilan angklung
Blambangan dari anak anak SD Banyuwangi ini, juga dalam lagu paduan
suara diperdengarkan juga lagu lagu ULAN ANDUNG ANDUNG. Disamping itu
di METRO TV penyair kelahiran Rogojampi/ Banyuwangi tampil penuh waktu
dengan kesenian KENTERUNGNYA dan puisi puisi yang membangkitkan SEMANGAT
PERJUANGAN.
ANDANG CY, PENCIPTA LAGU LUK LUK LUMBU YANG TERLUPAKAN
SENIMAN KONDANG LAGU BANYUWANGI
Lagu ciptanya Luk Luk Lumbu menjadi lagu pavorit di paduan suara ITB, di Singapore ,Jepang ,Hongkong, Taiwan ,Amerika, tetapi sayang , lagu yang bertebaran di You Tube itu , tidak sedikitpun menyebut namanya,dan selalu ditulis tradisional song from Java. Dialah kakek Andang Chatib Yusuf.
Dibawah ini saya copy paste tulisan Hasan Sentot, pemerhati budaya Banyuwangi.
Terlahir dengan nama Andang Chotif Yusuf, pada tanggal 19 Sepetember
1934 di Banyuwangi. Orang tuanya bernama Subandar, sedangkan nama Yusuf
di belakang namanya diambil dari nama orang tua angkat yang
membesarkannya, yaitu Safi’I Yusuf. Pendidikan terakhir yang pernah
ditempuh adalah Sekolah Guru B, pada tahun 1953 di Bondowoso. Waktu
masih sekolah Guru, Andang sudah aktif terlibat dalam kegiatan kesenian,
antara lain menyutradarai pementasan Drama berjudul Emas Disangka Loyan.
Sebagai lulusan sekolah guru, Andang Cy pernah mengajar di berbagai
tempat, antaralain SR (Sekolah Rakyat-sekaranmg SD) Tulangan, Sidoarjo
(1953-1959); sebagai Kepala Sekolah di SDN Pondo Nongko I Kecamatan
Kabat Banyuwangi (1960-1965). Sebagai seniman, Andang sudah menyukai
seni sastra sejak SMP, sejak itu pula Andang sudang menulis Puisi dalam
Bahasa Indonesia. Pada tahunh 1960-an, Andang mulai mengarang
syair-syair untuk musik Keroncong. Salah satu karya yang terkenal
berjudul “Pantai Banyuwangi” dan “Cinta Membara”. Syair tersebut
diarasemen oleh teman seangkatannya, Machfud Hariyanto.
Berkat lagunya UMBUL UMBUL BLAMBANGAN, yang menggugah semangat masyarakat Banyuwangi , kakek Andang C.Y
mendapat penghargaan PemDa Banyuwangi.
Keterlibatannya dalam dunia kesenian tidak terbatas pada pencitaan
syair lagu dan puisi, namun Andang juga aktif dalam kesenian Teater.
Naskah Drama yang pernah dia tulis antara lain: Janda Orang Buangan dan
“Keributan:” yang disadur dari karya Anton Cekov, penulis naskah asal
Rusia. Bahkan naskah ”Keributan” pernah dipentaskan khusus, untuk
menyambut kedatangan Pasukan 510 Banyuwangi yang baru pulang dari
Maluku. Sementara kiprahnya dalam menulis syair lagu berbahasa Using,
dimulai sejak tahun 1970 dengan judul “Perawan Sunthi. Syair lagu yang
bercerita tentang jatidiri perempuan desa yang lugu namun penuh
vitalitas hidup itu, diarasemen menjadi lagu oleh Machfud Hariyanto.
Andang CY merupapan penyair yang produktid di Banyuwangi, bila
dibandingkan dengan penyair seangkatannya. Hingga awal tahun 1990-am,
jumalh syair lagu daerah banyuwangi dari tangannya sudah mencapai 200
buah lebih. Bahkan beberapa kali syair lagu karya Andang CY, menjadi
lagu wajib dalam Lomba Bintang Radio di RKPD Suara Blambangan,
Banyuwangi. Syair lagu yang menjadi lagiu wajib itu adalah “Kali Elo”
(1990) dan “Belangkokan” (1991). Andang memang dikenal pengarang khusus
syair lagi Using, sedangkan dua temannya yang aktif memberi lagu
(aransemen) yaitu Machfud Hr dan BS Noerdian.
Kesenian daerah bagi Andang Cy, harus bisa memberi sumbangan
terhadap Kebudayaan Nasional dan membangkitkan fanatisme terhadapa seni
dan budaya daerah itu sendiri. Konsep berkesenian yang dianut adalah,
seni yang dapat menuangkan semua unsure kehidupan. Keberhasilan seniman,
bagi Andang, jika sang seniman berhasil menuangkan pengalaman hidupnya
dalam karya yang dihasilkan. Tema-tema yang mendasari syair-syiar karya
Andang Cr meliputi: heroic (kepahlawan); penggalian tradisi daerah serta
keindahan alam dan percintaan. Tujuan menulis syair-syaor cinta,
menurut Andang, untuk menggugah generasi muda, bahwa serumit-rumitnya
masalah cinta, pasti ada pemecahannya atau jalan keluarnya.
HASAN ALI PENGGIAT BUDAYA BANYUWANGI
Selasa, 15 Juni 2010 | 12:41 WIBTEMPO Interaktif, Banyuwangi -
Dari sofa sederhana itu, Hasan Ali, 77 tahun, seniman sekaligus
penggiat budaya Banyuwangi, menghabiskan hari-harinya dengan
mendengarkan siaran televisi atau menyetel musik Banyuwangian. Tanpa
mata, ia tak bisa lagi menyalurkan hobi membaca.
Tubuhnya memang kian ringkih. Tapi semangatnya tetap menyala kala berbicara tentang Banyuwangi kepada Tempo yang mewawancarainya, pertengahan Maret, 2008 lalu. Itu adalah perjumpaan terakhir Tempodengan
pencipta Kamus Bahasa Using-Indonesia, terbitan PT Intan Pariwara,
Klaten.Sang Kamus berjalan itu, Senin (14/6) kemarin, sekitar jam 02.17
WIB, telah menghembuskan napas terakhirnya setelah tiga pekan dirawat di
Rumah Sakit Islam Fatimah, Banyuwangi, karena diabetes dan darah
tinggi. Ia meninggalkan seorang istri, empat anak, dan 10 cucu. “Bapak
adalah inspirator bagi kami,” kata penyanyi Emilia Contesa, anak pertama
Hasan Ali.
Kakek berdarah Madura, Using, dan Pakistan itu, tak hanya sumber
inspirasi bagi keluarganya, melainkan juga bagi masyarakat Banyuwangi.
Kecintaannya pada Banyuwangi tak sekedar kata, melainkan telah berwujud
karya dan pengabdiaan.
Tumbuh di masyarakat Using, di Desa Mangir, Kecamatan Rogojampi, 30 menit dari kota Banyuwangi, menjadikan kakek artis Denada ini sejak kecil sudah akrab dengan kesenian Banyuwangi. Pada usia 15 tahun, Hasan Ali ikut mendirikan kelompok kesenian teater rakyat, Damarwulan, cerita epos berlatar masa Kerajaan Majapahit yang menaklukan Kerajaan Blambangan.
Keaktifan pria lulusan SMA 1 Malang di dunia seni mengantarkannya sebagai anggota DPRD Banyuwangi tahun 1955-1966 sebagai wakil seniman dari Partai Nasional Indonesia (PNI).
Kiprah pria yang pernah main film Tanah Gersang garapan Mochtar Lubis pada 1971 ini dalam melestarikan budaya Banyuwangi bukan sebuah jalan yang mulus. Pada 1969, ia mendapat tugas penting untuk mengembalikan gairah musik Banyuwangi dari Joko Supaat Slamet, bupati Banyuwangi saat itu.
Padahal, saat itu, musik Banyuwangi masih diindentikkan ‘kiri’ karena para senimannya kebanyakan anggota Lekra. Hasan Ali kemudian berinisiatif merekam lagu-lagu Banyuwangi itu ke dalam kaset. Jenis musik angklung yang identik dengan kiri digabungkan dengan musik gandrung yang dianggap lebih diterima masyarakat. Ya, cara itu akhirnya efektif dalam menumbuhkan industri rekaman musik Banyuwangi yang eksistensinya masih terjaga hingga kini.
Hidup Hasan Ali berikutnya dihabiskan bergulat dengan bahasa Using. Tahun 1978 ia mulai mengumpulkan kosakata bahasa Using yang tercecer dan belum terbukukan. Tanpa lelah, dia mencatat kosakata Using yang didengarnya di terminal, warung kopi, angkutan umum, dan obrolan dengan tetangga. Dia juga memburu kosakata Using pada komunitas Using yang tinggal di Jember, Bondowoso dan Situbondo.
Kosakata yang ia temukan, dengan tekun ia cari padanannya dalam Bahasa Indonesia. Kemudian ia tuliskan satu persatu di kertas dengan bermodalkan mesin ketik.
Upaya penyelamatan yang ia modali sendiri itu, dipicu oleh kesadaran semakin sedikitnya warga Banyuwangi yang memakai bahasa Using sebagai percakapan sehari-hari. “Mereka malu,” ungkap Ketua Cabang Lembaga Kebudayaan Negara (LKN) kepada Tempo, 2008 lalu.
Keuletan penemu gong geter kerep untuk gamelan Banyuwangi ini, akhirnya menarik perhatiaan seorang peneliti Jepang, Igarasi. Berkat rekomendasi Igarasi inilah, Hasan akhirnya mendapatkan dana Rp 45 juta untuk melanjutkan perburuan bahasa Using dan membeli seperangkat komputer (Koran Tempo, 24 Februari 2007).
Perburuan selama 22 tahun itu, akhirnya melahirkan sebuah Kamus Bahasa Using-Indonesia yang diterbitkan PT Intan Pariwara, Klaten, pada 2002. Ada 30 ribu kosakata Using yang berhasil ia kumpulkan. Kamus itu naik cetak tiga kali, yang separuhnya ia bagikan gratis untuk sekolah-sekolah, pondok pesantren, dan instansi pemerintahan.
Selain kamus, mantan Ketua Dewan Kesenian Blambangan ini, juga melengkapi dengan menulis buku Tata Bahasa Using dan Pedoman Ejaan Bahasa Using. Tiga buku itulah
yang menjadi pegangan pengajaran Bahasa Using yang sejak 2007 menjadi muatan lokal di sekolah dasar dan SMP.
Kerja keras Hasan Ali memang tidak sia-sia. Bahasa Using kini bisa terselamatkan sesuai cita-citanya. Selamat jalan, Kakek….
Ika Ningtyas
Tumbuh di masyarakat Using, di Desa Mangir, Kecamatan Rogojampi, 30 menit dari kota Banyuwangi, menjadikan kakek artis Denada ini sejak kecil sudah akrab dengan kesenian Banyuwangi. Pada usia 15 tahun, Hasan Ali ikut mendirikan kelompok kesenian teater rakyat, Damarwulan, cerita epos berlatar masa Kerajaan Majapahit yang menaklukan Kerajaan Blambangan.
Keaktifan pria lulusan SMA 1 Malang di dunia seni mengantarkannya sebagai anggota DPRD Banyuwangi tahun 1955-1966 sebagai wakil seniman dari Partai Nasional Indonesia (PNI).
Kiprah pria yang pernah main film Tanah Gersang garapan Mochtar Lubis pada 1971 ini dalam melestarikan budaya Banyuwangi bukan sebuah jalan yang mulus. Pada 1969, ia mendapat tugas penting untuk mengembalikan gairah musik Banyuwangi dari Joko Supaat Slamet, bupati Banyuwangi saat itu.
Padahal, saat itu, musik Banyuwangi masih diindentikkan ‘kiri’ karena para senimannya kebanyakan anggota Lekra. Hasan Ali kemudian berinisiatif merekam lagu-lagu Banyuwangi itu ke dalam kaset. Jenis musik angklung yang identik dengan kiri digabungkan dengan musik gandrung yang dianggap lebih diterima masyarakat. Ya, cara itu akhirnya efektif dalam menumbuhkan industri rekaman musik Banyuwangi yang eksistensinya masih terjaga hingga kini.
Hidup Hasan Ali berikutnya dihabiskan bergulat dengan bahasa Using. Tahun 1978 ia mulai mengumpulkan kosakata bahasa Using yang tercecer dan belum terbukukan. Tanpa lelah, dia mencatat kosakata Using yang didengarnya di terminal, warung kopi, angkutan umum, dan obrolan dengan tetangga. Dia juga memburu kosakata Using pada komunitas Using yang tinggal di Jember, Bondowoso dan Situbondo.
Kosakata yang ia temukan, dengan tekun ia cari padanannya dalam Bahasa Indonesia. Kemudian ia tuliskan satu persatu di kertas dengan bermodalkan mesin ketik.
Upaya penyelamatan yang ia modali sendiri itu, dipicu oleh kesadaran semakin sedikitnya warga Banyuwangi yang memakai bahasa Using sebagai percakapan sehari-hari. “Mereka malu,” ungkap Ketua Cabang Lembaga Kebudayaan Negara (LKN) kepada Tempo, 2008 lalu.
Keuletan penemu gong geter kerep untuk gamelan Banyuwangi ini, akhirnya menarik perhatiaan seorang peneliti Jepang, Igarasi. Berkat rekomendasi Igarasi inilah, Hasan akhirnya mendapatkan dana Rp 45 juta untuk melanjutkan perburuan bahasa Using dan membeli seperangkat komputer (Koran Tempo, 24 Februari 2007).
Perburuan selama 22 tahun itu, akhirnya melahirkan sebuah Kamus Bahasa Using-Indonesia yang diterbitkan PT Intan Pariwara, Klaten, pada 2002. Ada 30 ribu kosakata Using yang berhasil ia kumpulkan. Kamus itu naik cetak tiga kali, yang separuhnya ia bagikan gratis untuk sekolah-sekolah, pondok pesantren, dan instansi pemerintahan.
Selain kamus, mantan Ketua Dewan Kesenian Blambangan ini, juga melengkapi dengan menulis buku Tata Bahasa Using dan Pedoman Ejaan Bahasa Using. Tiga buku itulah
yang menjadi pegangan pengajaran Bahasa Using yang sejak 2007 menjadi muatan lokal di sekolah dasar dan SMP.
Kerja keras Hasan Ali memang tidak sia-sia. Bahasa Using kini bisa terselamatkan sesuai cita-citanya. Selamat jalan, Kakek….
Ika Ningtyas
HASNAN SINGODIMAYAN:The author of kerudung Santet Gandrung
•Agustus 2, 2011 • Tinggalkan sebuah Komentar
HASNAN PEJOANG GIGIH BUDAYA BANYUWANGI/bLAMBANGAN
Disamping Hasan Ali, nama Hasnan Singodimayan dikenal sebagai pejuang yang gigih kebudayaan Using di Banyuwangi. Dia banyak aktif dalam sastra, seperti menulis cerpen, esai dan pernah menjadi redaktur di majalah Tanah Air dan Trompet Masyarakat. Cerpennya yang berjudul “Lailatul Qadar” menjadi pemenang III Lomba Cerpen oleh Dewan Kesenian Surabaya (1973), pemenang Runner Up lomba puisi oleh BBC London (1980), juga pernah menjadi pemenang penulisan Kisah Kepahlawanan oleh Angkatan 45 Pusat yang kemudian diterbitkan Balai Pustaka. Disamping itu Hasnan juga menulis novelet di Bali Post dan (ini yang penting) menulis naskah sandiwara radio berbahasa Using.
Dalam berbagai pertemuan penting, Hasnan seringkali diposisikan sebagai pemangku kebudayaan Using yang representatif. Mulai dari seminar kebudayaan di Jatim oleh Universitas Jember dan DK-Jatim, seminar yang diselenggarakan Direktorat Nilai Budaya, Seni dan Film, juga Kajian Perempuan Desantara, serta beberapa pertemuan yang diselenggarakan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN).
Alumnus Pondok Gontor ini (1955) pernah aktif dalam Himpunan Seni Budaya Islam (HSBI – 1960-1965), Seksi Sastra dan Seni Islam Dewan Kesenian Blambangan (DKB, 1980-1995), Penasehat DKB (1995 hingga sekarang), Koordinator Badan Koordinasi Kesenian dan Kepariwisataan Blambangan (BK3) serta anggota AMAN sebagai wakil masyarakat adat Using.
Lahir di Banyuwangi 17 Oktober 1931, pensiunan Petugas Teknik Perikanan Dinas Perikanan Banyuwangi ini beristrikan Sayu Masunah, dikaruniai empat putra, kini tinggal di Jl. Kapten Ilyas 3-c Banyuwangi, telp. 0333.427275. (*)
(sumber: Buku Penghargaan Seniman Jatim, 2003)
Filed under: Uncategorized
Disamping Hasan Ali, nama Hasnan Singodimayan dikenal sebagai pejuang yang gigih kebudayaan Using di Banyuwangi. Dia banyak aktif dalam sastra, seperti menulis cerpen, esai dan pernah menjadi redaktur di majalah Tanah Air dan Trompet Masyarakat. Cerpennya yang berjudul “Lailatul Qadar” menjadi pemenang III Lomba Cerpen oleh Dewan Kesenian Surabaya (1973), pemenang Runner Up lomba puisi oleh BBC London (1980), juga pernah menjadi pemenang penulisan Kisah Kepahlawanan oleh Angkatan 45 Pusat yang kemudian diterbitkan Balai Pustaka. Disamping itu Hasnan juga menulis novelet di Bali Post dan (ini yang penting) menulis naskah sandiwara radio berbahasa Using.
Dalam berbagai pertemuan penting, Hasnan seringkali diposisikan sebagai pemangku kebudayaan Using yang representatif. Mulai dari seminar kebudayaan di Jatim oleh Universitas Jember dan DK-Jatim, seminar yang diselenggarakan Direktorat Nilai Budaya, Seni dan Film, juga Kajian Perempuan Desantara, serta beberapa pertemuan yang diselenggarakan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN).
Alumnus Pondok Gontor ini (1955) pernah aktif dalam Himpunan Seni Budaya Islam (HSBI – 1960-1965), Seksi Sastra dan Seni Islam Dewan Kesenian Blambangan (DKB, 1980-1995), Penasehat DKB (1995 hingga sekarang), Koordinator Badan Koordinasi Kesenian dan Kepariwisataan Blambangan (BK3) serta anggota AMAN sebagai wakil masyarakat adat Using.
Lahir di Banyuwangi 17 Oktober 1931, pensiunan Petugas Teknik Perikanan Dinas Perikanan Banyuwangi ini beristrikan Sayu Masunah, dikaruniai empat putra, kini tinggal di Jl. Kapten Ilyas 3-c Banyuwangi, telp. 0333.427275. (*)
(sumber: Buku Penghargaan Seniman Jatim, 2003)
Filed under: Uncategorized
http://rahmatlaros.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar